KELOMPOKKERJA GURU UJIAN SEKOLAH SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDA'IYAH TAHUN PELAJARAN 2019/2020 LEMBAR SOAL Mata Pelajaran: Ilmu Pengetahuan Sosial Satuan Pendidikan: SD / MI Hari/Tanggal: Kamis / 16 April 2020 Lamanya: 120 menit Dimulai pukul: 07.30 WIB Diakhiri pukul: 09..30 WIB PETUNJUK UMUM 1. Berdoalah sebelum anda mengerjakan soal. 2. Tulislah lebih dulu nomor dan nama anda pada

ArticlePDF Available AbstractThis article describes the development of Islamic education in Singapore, especially Madrasah al-Juneid al-Islamiyah. The problem how is the development of curriculum in Madrasah al­Juneid? and what are the future challenges this madrasah? To answer this problem, the amount of data collected through obser­vation methods, interviews, and documentation. The data collected were analyzed by descriptive-qualitative. The results showed first, the curriculum in Madrasah al-Juneid initially uncharged pure religion then expanded by adding a general lesson. In learning, study materials commonly used approach to integration with the teachings of Islam. Second, the madrasahs in Singapore face challenges in the future are not light, namely the world of work demands, the demands of quality, the challenge of Western lifestyles, and the accusations against Islam as a religion of terrorists. All these challenges must be responded by madrasah creative in developing a quality program that graduates could compete with graduate school; can fortify the modern-secular lifestyle, and can coexist peacefully in the midst of Singapore's plural society. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 433PENDIDIKAN ISLAM DI SINGAPURAStudi Kasus Madrasah al-Juneid al-IslamiyahMohammad KosimJurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam STAIN Pamekasanemail aboulvaqih This article describes the development of Islamic educationin Singapore, especially Madrasah al-Juneid al-Islamiyah. Theproblem how is the development of curriculum in Madrasah al-Juneid? and what are the future challenges this madrasah? Toanswer this problem, the amount of data collected through obser-vation methods, interviews, and documentation. The data collectedwere analyzed by descriptive-qualitative. The results showed first,the curriculum in Madrasah al-Juneid initially uncharged purereligion then expanded by adding a general lesson. In learning, studymaterials commonly used approach to integration with the teachingsof Islam. Second, the madrasahs in Singapore face challenges in thefuture are not light, namely the world of work demands, the demandsof quality, the challenge of Western lifestyles, and the accusationsagainst Islam as a religion of terrorists. All these challenges must beresponded by madrasah creative in developing a quality programthat graduates could compete with graduate school; can fortify themodern-secular lifestyle, and can coexist peacefully in the midst ofSingapore's plural society. 434 Al-Tahrir No. 2 November 2011Keywords Pendidikan Islam, madrasah, kurikulum, Madrasah al-JuneidPENDAHULUANPendidikan Islam bisa berarti proses atau lembaga. Sebagai proses, pendidikanIslam merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkanpotensi peserta didik menuju terbentuknya pribadi muslim sempurnamelalui upaya pengarahan, pengajaran, pelatihan, pemberian contoh,bimbingan, pengasuhan dan pengawasan secara islami. Sedangkansebagai lembaga, pendidikan Islam merupakan lembaga pendidikan yangpendirian dan penyelenggaraannya dilandasi nilai-nilai Islam dan untukmewujudkan cita-cita lembaga pendidikan Islam di suatu negara cukupberagam jenis dan jenjangnya tergantung pada tradisi masyarakat Islamsetempat dan kebijakan pemerintah di suatu negara. Di Indonesia, lembagapendidikan Islam dapat ditemukan mulai jenjang pendidikan dasar hinggapendidikan tinggi dengan jenis beragam dan jumlah yang mencapai di Singapura, lembaga pendidikan Islam hanya terbatas padajenjang pendidikan dasar dan menengah dengan jenis dan jumlah yangterbatas. Di negeri singa ini dikenal dua jenis lembaga pendidikan Islam,yaitu madrasah sepenuh masa full time dan madrasah separuh masapart time.2 Madrasah sepenuh masa merupakan lembaga pendidikanIslam yang proses pembelajarannya berlangsung tiap hari sebagaimanayang terjadi pada madrasah di Indonesia, dan kurikulumnya menggabungkanmata pelajaran agama dan umum. Sedangkan madrasah separuh masamerupakan lembaga pendidikan yang proses pembelajarannya tidakberlangsung tiap hari, mungkin dua-tiga kali seminggu, dilaksanakan pada1Berdasar data Statistik Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agamatahun 2009-2010, jumlah madrasah di Indonesia mencapai lembaga, yangterdiri atas Raudlatul Athfal/Taman Pendidikan al-Qur’an; MadrasahIbtidaiyah; Madrasah Tsanawiyah; dan Madrasah Aliyah. Jumlahtersebut belum termasuk Madrasah Diniyah ula, wustha, dan ulya, pondokpesantren, sekolah Islam, dan Perguruan Tinggi Islam yang jumlahnya Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia TenggaraJakarta Rineka Cipta, 2009, 118-122. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 435sore dan malam hari; materinya murni keagamaan; dan umumnyaberlangsung di masjid-masjid. Dengan karakter demikian, madrasahseparuh masa lebih tepat disebut pendidikan jenis madrasah tersebut memiliki bidang garapan madrasah penuh waktu adalah para pelajar muslim yang sejakawal memilih lembaga ini sebagai tempat mengembangkan madrasah paruh waktu memiliki sasaran para pelajar muslimyang menuntut ilmu di sekolah umum, agar mereka mengenal ajaran dasarIslam mengingat sekolah-sekolah umum di Singapura tidak mengajarkanmata pelajaran Dengan demikian, kedua jenis madrasah tersebutsama-sama memiliki peran signifikan dalam menumbuhkembangkansemangat islami sejak dini bagi para generasi jenis madrasah yang kini berkembang di Singapura, kajian dalamtulisan ini difokuskan pada madrasah penuh waktu full time terutamaMadrasah al-Juneid al-Islamiah. Madrasah ini dipilih karena memilikikeunggulan dibanding madrasah lainnya di Singapura. Buktinya, madrasahini banyak dikunjungi penyelenggara pendidikan Islam di luar Singapuradalam rangka studi banding; madrasah ini banyak diminati para orang tuadan pelajar muslim di Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam; banyakalumni al-Juneid yang melanjutkan/diterima di universitas Islam terkemukadi dunia, khususnya Universitas al-Azhar Mesir; dan banyak dari lulusanmadrasah ini yang menjadi tokoh agama di Singapura, Malaysia danBrunai antara lembaga pendidikan formal, nonformal dan informaladalah; Pendidikan formalmeru-pa-kanjalurpendidikanyangterstrukturdanberjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, danpendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luarpendidikanfor-malyangdapatdilaksanakansecaraterstrukturdan pendidikan informalmeru-pakanjalurpendidikankeluargadanlingkungan. Baca lebih lanjut dalam Undang-Undang Sistem PendidikanNasional Nomor 20/2003 pasal 1 ayat 11, 12, Sebagai negara sekuler dengan penduduk berasal dari etnis dan agamaberagam, pemerintah Singapura memberikan kebebasan kepada setiap warganegaranya untuk memeluk suatu agama dan bahkan untuk tidak itu, di sekolah-sekolah milik pemerintah tidak diperkenankan mengajarkanagama.Se-ko-lahbersifatnetral,danagamamenjadiurusanpribadi ini sangat berbeda dengan Indonesia yang—meskipun bukan negaraagama—menjadikanpendi-dikanagamasebagaisalah satu mata pelajaran wajibdalam semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan. 436 Al-Tahrir No. 2 November 2011Kajian tentang Madrasah al-Juneid difokuskan pada masalah-masalahberikut; bagaimana kurikulum yang dikembangkan di Madrasah al-Juneid?;dan apa saja tantangan yang dihadapi madrasah ini? Untuk menjawabmasalah ini, dikumpulkan sejumlah data terkait melalui metode observasi,wawancara, dan Data-data yang terkumpul dianalisissecara ISLAM DI SINGAPURASingapura adalah salah satu negara kecil di Asia Tenggara yang terletakdi penghujung Semenanjung Malaysia, berbatasan dengan JohorMalaysia dan Kepulauan Riau Indonesia. Negara ini merdeka tanggal9 Agustus 1965 setelah lama dijajah Inggris 1819-1963. Pada awalnyaSingapura merupakan kampung nelayan yang dihuni oleh etnis kemerdekaan, standar kehidupan di negara ini meningkat ini menjadi pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan sebuahkota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalamperdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalahsatu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia. Singapura disebut-sebut sebagainegara paling terglobalisasi di dunia dalam Indeks Globalisasi tahun Intelligence Unit menempatkan Singapura pada peringkatpertama kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia. Negarakota city state ini memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju. Pertumbuhanekonomi Singapura adalah yang tercepat di dunia dengan pertumbuhanPDB Pendapatan Domestik Bruto pada per-tengahan ke lokasi Madrasah al-Juneid dan wawancara dengan stafpengajar Madrasah al-Juneid dilakukan disela-sela acara short course yang diikutipenulis selama sebulan 1-30 Nopember 2010 di Singapura.. Sayangnya, ketikaobservasi dilakukan madrasah sedang libur, sehingga penulis tidak bisa menggaliinformasi dari murid. Sedangkan metode dokumentasi digunakan untukmengumpulkan data-data dokumen-ter terkait informasi madrasah al-Juneidseperti brosur, kurikulum, dan informasi tertulis diakses 3 Februari 2011. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 437Luas wilayah Singapura saat ini sekitar 7,10 km2 271,8 mil2.7Sedangkan jumlah penduduknya, berdasar sensus penduduk tahun 2010,mencapai 5,8 juta jiwa yang terdiri atas etnis Tionghoa 77,3%, etnisMelayu 14,1%, etnis India 7,3%, dan etnis lainnya 1,3%.8 EtnisMelayu merupakan penduduk asli Singapura yang belakangan Mayoritas penduduk Singapura menganut agama Buddha32,08%, selebihnya adalah penganut agama Kristen 17,68%, Islam14,21%, Tao 10,53%, Hindu 4,90% dan penganut agama lainnya0,67%. Sedangkan sisanya 16,38% tidak Islam sebagian besar berasal dari etnis Melayu. Sisanya darikomunitas India dan Pakistan serta sejumlah kecil dari Cina, Arab danEurasia. Mayoritas penduduk Muslim Singapura secara tradisional adalahMuslim Sunni yang mengikuti mazhab Syafi'i, ada juga Muslim pengikutmazhab Hanafi serta sedikit Muslim dengan pertambahan penduduk, jumlah pemeluk Islam diSingapura kian bertambah setiap waktu. Hal yang sama juga terjadi padapemeluk agama lainnya, termasuk yang tak beragama, kecuali agamaTao yang mengalami penurunan signifikan. Hal ini terlihat dalam tabelstatistik penduduk berdasar agama periode 1980-2010 berikut127Pada awal tahun 1960, luas wilayah Singapura sekitar km2. Sejakdi-la-ku-kanreklamasipantaitahun1960,luasdaratanSingapurasemakin bertambahmenjadi 646 km2 tahun 1991, dan berkembang menjadi 710 km2 tahun city8 ini masih akan bertambah sekitar 100km2 lagi hingga tahun 2030. Konon, pasir untuk kebutuhan reklamasi dipasokdari Indonesia yang dikeruk dari laut dan dikuras dari darat baik secara legalmaupun illegal, khususnya melalui Kepulauan diakses 3 Februari orang Cina merupakan etnis Melayu-Muslim. Pada tahun 1824, pendudukMelayu berkurang menjadi kurang 50% dan penduduk Cina meningkat menjadisepertiga. Seiring kian berkembangnya perekonomian Singapura, etnis Cina semakinbanyak mendatangi Singapura, akibatnya jumlah penduduk Cina terus meningkatdiSingapura,sedangkanpen-dudukMelayu-Muslimterusmerosot.Bacalebihlanjut dalam diakses5 November diakses 3 Februari 2011. Jumlah pendudukberdasar kategori agama tersebut hanya dibatasi pada penduduk berusia 15tahun ke diakses 3 November diakses 3 Februari 2011. 438 Al-Tahrir No. 2 November 2011Masuknya Islam ke Singapura tidak dapat dipisahkan dari prosesmasuk-nya Islam ke Asia Tenggara secara umum, karena secara geografisSingapura merupakan salah satu pulau kecil yang terdapat di tanahSemenanjung Melayu. Pada masa awal, Islam yang dikenalkan kepadamasyarakat Asia Tenggara lebih kental dengan nuansa tasawuf. Karenaitu, penyebaran Islam di Singapura juga tidak terlepas dari corak tasawufini. Buktinya pengajaran tasawuf ternyata sangat diminati oleh ulama-ulama setempat dan raja-raja Melayu. Kumpulan tarekat sufi terbesar diSingapura yamg masih ada sampai sekarang ialah Tariqah 'Alawiyyahyang terdapat di Masjid Ba'alawi. Tarekat ini dipimpin oleh Sayid Hasanbin Muhammad bin Salim mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan umat Islam diSingapura, pemerintah negeri singa ini mendirikan Majlis Ulama IslamSingapura MUIS atau Islamic Religious Council of Singapore pada tahun1968. Wewenang badan resmi milik negara ini meliputi pembinaan danpengembangan serta peng-awasan terhadap masjid-masjid, pendidikanIslam, pernikahan, zakat, haji, kurban, sertifikasi halal, fatwa, dan hal-halterkait Kegiatan MUIS dibiayai oleh negara, bahkan parapejabat dan pegawainya, termasuk mufti negara, diangkat oleh PresidenSingapura yang Hitami, Sejarah Islam Asia Tenggara Pekanbaru Alaf Riau, 2006,32. 14Informasi tentang keberadaan dan kedudukan MUIS bisa dibaca dalam Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 439Dilihat dari jumlah umat Islam yang minoritas serta keberadaannegara Singapura yang sekuler, pendirian MUIS oleh negara merupakan wujudperhatian lebih dari pemerintah Singapura terhadap umat Islam, mengingatlembaga sejenis tidak ada untuk agama lain, meskipun pemeluknya lebih besardari Islam. Namun dari aspek politis, pendirian MUIS dapat dipandangsebagai langkah taktis peme-rintah Singapura untuk mengontrol umat Islamdari dalam. Tidak heran jika sebagian aktivis muslim Singapura memandangkeberadaan MUIS sebagai explainers of government policies, "para penjelaskebijakan pemerintah". Istilah ini muncul, antara lain, menyusul perdebatansoal pelarangan jilbab oleh pemerintah di sekolah umum tahun 2002. Kalaitu, dua anak perempuan Muslim dilarang masuk sekolah karena menolakuntuk melepas jilbab selama jam belajar. Pihak pemerintah beralasan,pelarangan jilbab di sekolah umum bertujuan untuk menciptakan suasanaharmonis antar agama dan etnis di lingkungan MUISmalah mendukung kebijakan pemerintah dengan mengatakan, "Aturanlarangan tudung cuma berlangsung beberapa jam ketika murid-muridberada di sekolah. Pendidikan lebih penting."15Sebagai kepanjangan tangan pemerintah, MUIS juga melakukan peng-awasan terhadap khutbah Jum'at di setiap masjid untuk memastikan isikhutbah sesuai dengan konsep negara Singapura yang majemuk. Parapenceramah yang datang dari luar pun diwajibkan mengurus izin ceramahkepada MUIS sebelum mereka bisa berceramah di Singapura. Akantetapi, terlepas dari pro-kontra keberadaan MUIS, lembaga ini telah banyakberbuat untuk kemajuan umat Islam di Singapura, antara lain dalampengembangan pendidikan DI SINGAPURAKendati fenomena madrasah di dunia Islam telah muncul sekitar abadke-4/5 H 10/11 M, seperti munculnya madrasah-madrasah di Naisaphur15Surya Fachrizal, “Etnis Melayu; Penduduk Asli Singapura yang MakinTersingkir”, dalam Suara Hidayatullah Pebruari 2009. Di Indonesia, pemerintahjuga pernah melarang para pelajar muslim menggunakan jilbab di sekolah ini sebagaimana diatur dalam SK Dirjen Dikdasmen karena kuatnya penolakan umat Islam, akhirnya pelarangan tersebutdihapus berdasar SK Dirjen Dikdasmen No. 100/C/Kep/D/1991. 440 Al-Tahrir No. 2 November 2011Iran ± 400 H dan Madrasah Nidzamiyah di Baghdad 457 H,16 keberadaanmadrasah di Singapura baru dijumpai pada awal abad ke-20. Madrasahyang pertama kali berdiri adalah Madrasah al-Sibyan. Madrasah ini berdiritahun 1905 dengan fokus utama pendidikan menghafal al-Qur' madrasah modern yang pertama kali berdiri adalah Madrasahal-Iqbal. Lembaga ini didirikan tahun 1908 oleh para reformis Islam di negaraini. Modernisasi Madrasah al-Iqbal tampak dalam kurikulum yang selainberupa kajian Islam, juga menawarkan mata pelajaran umum sepertigeografi, sejarah, matematika dan bahkan bahasa Inggris. Namun, karenakurangnya respon positif dari komunitas Muslim Singapura ketika itu,madrasah tersebut ditutup setahun dikaitkan dengan modernisasi madrasah di Indonesia, gerakanyang dilakukan para reformis muslim di Singapura hampir bersamaanwaktunya dengan yang terjadi di Indonesia. Di negara muslim terbesardi dunia ini, para reformis muslim juga melakukan modernisasi madrasahdi awal abad ke-20, tepatnya tahun 1909 yang ditandai dengan berdirinyaMadrasah Adabiyah di Padang Beberapa penulis sejarahpendidikan Islam menyebut dua peristiwa penting yang melatarbelakangimunculnya gerakan modernisasi madrasah di dunia Islam, yaitu kolonialismedan gerakan pembaharuan Islam yang menggema dari Timur sejarawan pendidikan Islam seperti Munir al-Din Ahmed,George Makdisi, Ahmad Syalabi, dan Michael Stanton berpendapat bahwamadrasah yang pertama kali muncul adalah Madrasah Nidzamiyah yangdidirikan Wazir Nidzam al-Mulk sekitar tahun 457 H/1064 M. Namun, penelitianlebih akhir menyebutkan bahwa madrasah di Naisaphur justru muncul lebihawal—sekitar tahun 400 H/1009 M—jauh sebelum madrasah kedua ini dianut oleh Richard Bulliet, Naji Ma’ruf, dan al-Al. Bacalebih lanjut; Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan ModernisasiMenuju Millenium Baru Jakarta Logos, 1999, vii-viii. Tentang sejarahpertumbuhan dan perkembangan madrasah di era klasik, baca lebih lanjut dalam;Ahmad Syalabi, Sedjarah Pendidikan Islam, terj. Muchtar Jahja dan Sanusi LatiefJakarta Bulan Bintang, 1973, 109-112; George Makdisi, The Rise of CollegesInstitutions of Learning in Islam and The West Edinburg Edinburg UniversityPress, 1981, Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Ja-kar-taHidakarya Agung, 1996, lebih lanjut dalam Maksum, Madrasah Sejarah danPerkembangannya Jakarta Logos, 1999, 81-82; Azra, Pendidikan Islam, 36-38 dan 97-102; Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah; PendidikanIslam dalam Kurun Moderen Jakarta LP3ES, 1994, 26-29. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 441Pada periode selanjutnya pendirian madrasah di Singapura makindigalak-kan para pemuka agama dalam rangka pengembangan dakwahislamiyah melalui jalur pada tahun 1966 di Singapuratelah berdiri 26 Namun dalam perjalanannya, pemerintahSingapura membatasi jumlah madrasah hingga menjadi enam lembagadengan jumlah siswa yang juga dibatasi. Keenam madrasah dimaksudadalah sebagaimana terlihat dalam tabel berikut20Madrasah-madrasah tersebut menyelenggarakan pendidikan dalamdua jenjang, pendidikan dasar dan pendidikan menengah, yang meliputi;tingkat elementary ibtidaiyah 6 tahun, tingkat secondary thanawiyah 6tahun, dan tingkat pra-university 'aliyah 2 tahun. Sayangnya, hingga saatini di Singapura belum ada perguruan tinggi madrasah di atas merupakan lembaga swasta yang dikelolaumat Islam. Dana pengelolaan madrasah mayoritas berasal dari sumbanganumat Islam baik dari sumbangan orang tua murid maupun dari zakat-infaq-sadaqah umat Islam. Di samping itu, madrasah juga mendapatbantuan rutin dari pemerintah Singapura dan Majlis Ugama Islam SingapuraMUIS.2119Intan Azura Mokhtar, “Madrasahs in Singapore Bridging Between TheirRoles, Relevance and Resources”, Journal of Muslim Minority Affairs, 06 May2010, Dinamika Pendidikan Islam, Singapura memberikan bantuan rutin tiap triwulan untuk tiapmadrasah. Jumlah bantuan yang diberikan adalah $ 10,00 per siswa per itu, MUIS juga menyediakan bantuan rutin setiap tahun untuk enammadrasah, yang diperuntukkan bagi peningkatan mutu guru dan pengembanganperpustakaan. 442 Al-Tahrir No. 2 November 2011Di muka telah dijelaskan bahwa hingga saat ini pemerintah Singapuramembatasi jumlah madrasah. Dalam pandangan pemerintah Singapura,enam madrasah tersebut telah cukup untuk memelihara dan menyiapkankader-kader muslim masa depan. Selebihnya, para pelajar muslim harusbergabung dengan pelajar lainnya di sekolah-sekolah umum milik pemerintahyang jumlahnya mencapai 173 sekolah dasar dan 156 sekolah menengahdi seluruh tahun 2007 upaya "membatasi" jumlah madrasah dilakukan kembalioleh pemerintah melalui MUIS sebagai pembina pendidikan Islam denganmembuat program Joint Madrasah System JMS yang pada tahap awalmelibatkan tiga madrasah, yaitu Madrasah al-Juneid, Madrasah al-'Arabiyah,dan Madrasah al-Irsyad. Melalui program ini, kewenangan ketiga madrasahtersebut dalam menyelenggarakan pendidikan semakin al-Juneid dan al-'Arabiyah dibatasi pada madrasah tingkatmenengah, sedangkan Madrasah al-Irsyad khusus menyelenggarakanmadrasah tingkat rendah. Dengan pembagian demikian, maka sejak tahunpelajaran 2009 Madrasah al-Juneid dan al-'Arabiyah tidak lagi menerimacalon siswa tingkat rendah dan hanya menerima calon siswa tingkatmenengah. Begitu juga dengan Madrasah al-Irsyad, mulai tahun yang samahanya menerima calon siswa tingkat rendah. Dengan kebijakan ini, makajumlah jenjang pendidikan madrasah menjadi berkurang, yang hal iniberdampak pada berkurangnya kesempatan anak-anak muslim terbatasnya jumlah madrasah dan calon siswa yang diterima,banyak pelajar muslim yang terpaksa harus melanjutkan ke sekolah animo masyarakat muslim Singapura untuk memasukkan putra-putrinya ke madrasah semakin tinggi seiring kian meningkatnya tingkatreligiusitas dalam masyarakat. Hal ini, misalnya, terlihat dari jumlahpendaftar ke Madrasah al-Juneid yang mencapai 800 siswa pada tahun2000 dan meningkat menjadi di tahun 2004. Padahal Madrasah al-Juneid hanya akan menerima 400 siswa setiap Mohamed Nasir, Alexux A. Pereira and Bryan S. Turner,MuslimsinSinga-pore;Piety,PoliticsandPolicies London Routledge Taylor& Francis Group, 2010, 70. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 443Kebijakan pemerintah Singapura yang cenderung membatasi jumlahmadrasah tidak terlepas dari agenda besar pemerintah negeri ini untukmewujudkan integrasi nasional di tengah-tengah penduduk Singapura yangmajemuk, melalui sistem pendidikan yang berlaku secara nasional. Karenaitu, segera setelah kemerdekaan, pemerintah menutup semua sekolah yangcenderung monorasial seperti sekolah Cina, sekolah Melayu, dan sekolahTamil. Pemerintah hanya menyisakan dua lembaga untuk tetap eksisdengan kontrol ketat, yaitu madrasah yang telah berkembang sejak lamasebelum Singapura merdeka dan Special Assistance Plan SAP, suatulembaga pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak yang memilikikemampuan lebih dalam bidang bahasa Inggris dan bahasa AL-JUNEID AL-ISLAMIYAHSejarah RingkasNama lengkapnya adalah Madrasah al-Juneid al-Islamiyah al-JuneidIslamic School, terletak di Jalan Victoria Lane 30 Singapura. Lembaga inimerupakan sekolah Islam tertua ketiga di Singapura setelah Madrasahal-Sagaff dan al-Arabiyah. Madrasah al-Juneid didirikan oleh Syeid AbdurRahman bin Umar bin Junied bin Ali al-Juneid pada tahun 1927 di atastanah wakaf dari kakeknya, Syeid Umar bin Ali al-Juneid. Di atas tanahwaqaf tersebut didirikan sebuah bangunan madrasah dua lantai bergayakolonial. Angkatan pertama siswa hanya berjumlah sepuluh anak laki-laki,dan terus bertambah seiring pertambahan jumlah umat Islam. Selamabertahun-tahun, Madrasah al-Juneid telah menarik perhatian siswa tidakhanya dari Singapura, tetapi juga negara-negara tetangga seperti Malaysiadan Brunei tahun 1941, Madrasah al-Juneid menambah ruang kelas untukmeme-nuhi kebutuhan pendaftar yang terus bertambah. Pada saat yangsama, aktivitas madrasah sempat terganggu akibat Perang Dunia II yangmenuntut siswa dan guru kembali ke daerah asal mereka. Sempat pulaMadrasah al-Juneid berubah nama menjadi Darul 'Ulum al-Diniyah al-Junaidiyah. Setelah keadaan aman, aktivitas madrasah dilanjutkan dannama aslinya dikembalikan. Dalam perkembangannya, jumlah murid semakinbertambah sehingga gedung madrasah tidak bisa lagi menampung 70-72. 444 Al-Tahrir No. 2 November 2011Karena itu, pada tahun 1991, dibentuk komite pembangunan madrasah untukmerencanakan sebuah bangunan modern di lokasi sekolah lama. Danapembangunan dikumpulkan dari komunitas Muslim dan non-Muslim yangbersimpatik untuk proyek tersebut. Pada tanggal 7 Agustus 1996,pembangunan gedung baru dimulai. Selama proses membangun, kegiatanbelajar mengajar di-pindah ke gedung Pusat Bahasa di Winstedt Road,tidak jauh dari lokasi pem-bangunan. Di tempat ini, mereka harus berbagidengan siswa dari Madrasah al-Irsyad yang juga direlokasi karenabangunan sekolah mereka juga sedang 21 April 2000 gedung baru berlantai lima resmi ditempati. Gedungyang berdiri megah di atas lahan seluas 0,52 hektar tersebut memiliki fasilitasmemadai; 28 ruang kelas baru yang dapat menampung hingga 2000 siswa;ruang perpustakaan dua lantai; ruang komputer dengan 30 terminal;laboratorium sains; studio seni; lapangan olahraga; ruang teater dengan 250kursi; dan ruang serba guna yang dapat menampung 500 arti sempit kurikulum pendidikan dimaknai sebagai sekumpulan matapelajaran terprogram yang harus ditempuh peserta didik dalam suatulembaga pendidikan Sedangkan dalam arti luas, kurikulumdiartikan sebagai keeluruhan pengalaman belajar yang diterima pesertadidik di bawah tanggung-jawab yang diterapkan di Madrasah al-Juneid mengalami perkem-bangan seiring kebutuhan dan tuntutan Sejak madrasah ini berdiritahun 1927 hingga sebelum tahun 1960, kurikulumnya murni bermuatanagama ulum al-diniyah. Namun, sejak tahun 1960-an madrasah ini mulaimengembangkan kurikulumnya dengan menambah sejumlah mata pelajaranumum. Akan tetapi, perubahan ini tidak mengubah perhatian utama25Webster’s, New International Dictionary New York Gc MerriamCompany, 1953, Miel, Changing the Curriculum a School Process New YorkApletion Century Company, 1946, Oemar Hamalik, ada enam faktor yang menjadi landasan dalampenyusunan dan pengembangan kurikulum, yaitu; filsafat dan tujuan pendidikan,sosial budaya dan agama, perkembangan anak didik, keadaan lingkungan, kebutuhanpembangunan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Baca lebihlanjut dalam Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaan Jakarta Bumi Aksara,1995, 19. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 445Madrasah al-Juneid terhadap pengajaran ilmu agama dan bahasa Arabyang merupakan alasan utama mengapa orang tua banyak mengirim anak-anak mereka ke madrasah ini. Pengembangan kurikulum yang dilakukanMadrasah al-Juneid ini tergolong lambat jika dibandingkan dengan madrasahlainnya di Singapura, semisal Madrasah al-Ma'arif, yang sejak tahun 1930-an telah memasukkan pelajaran penambahan mata pelajaran umum, maka komposisi kurikulumyang dikembangkan Madrasah al-Juneid hingga saat ini adalah 70 persenmata pelajaran agama dan 30 persen mata pelajaran umum. Porsi kurikulumyang lebih menitikberatkan pada materi agama ini berbeda denganmadrasah lainnya di Singapura semisal Madrasah al-Ma'arif yang memilihfifty-fifty antara pelajaran agama dan umum. Alasannya, Madrasah al-Juneidbertujuan untuk menyiapkan calon ulama pewaris nabi. Hal ini bisa dilihatdari visi-misi yang dicanangkan Madrasah al-Juneid sebagai berikut 1. Visi Madrasah Melestarikan generasi ulama dan pemimpin Islam2. Misi Madrasah Menghasilkan lulusan yang beriman kepada AllahSwt. dalam rangka memimpin masyarakat Muslim dan melayanibangsa; memberdayakan siswa dengan pengalaman pendidikanyang komprehensif dan dinamis; dan menjadi lembaga pendidikanIslam terkemuka dalam mengembangkan potensi di atas hanya dapat dicapai dengan kurikulum yangdirencanakan rapi yang memberikan porsi lebih luas untuk mata pelajaranagama. Untuk itu, sejak tingkat rendah hingga pra-universitas, matapelajaran agama di Madrasah al-Juneid selalu dominan. Hal ini terlihatdalam daftar mata pelajaran setiap tingkat berikut291. Mata Pelajaran di Primary Level/Tingkat Rendah 6 tahun atausetara Madra-sah Ibtidaiyah, meliputi; Tauhid, al-Qur'an, Hadis,Fiqh, Bahasa Arab, Nahwu, Bahasa Inggris, Bahasa Melayu,Matematika, dan Mata Pelajaran di Secondary Level/Tingkat Menengah 4 tahunatau setara Madrasah Tsanawiyah, meliputi; Tauhid, al-Qur'an,28Dikutip dari dikases 1 Februari mata pelajaran tersebut dikutip dari brosur tentang Madrasah Al-Juneid al-Islamiyah. 446 Al-Tahrir No. 2 November 2011Fiqh, Insya', Nahwu, Sharf, Tafsir, Ulumul Qur'an, Hadis, Faraidh,Rasm al-Khatt, Bahasa Inggris, Bahasa Melayu, Matematika,Sains, Kimia, Biologi, Mata Pelajaran di Pre-University Level/Tingkat Pra-Universitas2 tahun atau setara Madrasah Aliyah, meliputi; Tauhid, al-Qur'an, Fiqh, Insya', Nahwu, Sharf, Tafsir, Ushul Fiqh, Hadis,Musthalah al-Hadis, Mantiq, Balaghah, Adab, Qawaid Fiqhiyah,Bahasa Inggris, Bahasa Melayu, Matematika, Sains, Kimia,Biologi, dibanding dengan kurikulum madrasah di Indonesia, apa yangberlangsung di Madrasah al-Juneid saat ini lebih mirip dengan kurikulummadrasah sebelum tahun 1975. Ketika itu, kurikulum madrasah didominasipelajaran agama dan sedikit pelajaran umum. Dalam perkembangannya,terutama setelah pemerintah mengeluarkan SKB 3 Menteri MenteriAgama, Menteri Pendidikan, dan Menteri Dalam Negeri tahun 1975, porsikurikulum madrasah di Indonesia berubah menjadi 30% agama dan 70%umum. Setelah pemerintah mengesahkan UU Nomor 2/1989 tentang SistemPendidikan Nasional, status madrasah bergeser menjadi sekolah umumberciri khas agama Islam. Dengan status demikian, maka mata pelajaranumum di madrasah sama persis dengan di sekolah, sehingga me-ngurangijatah mata pelajaran kedalaman pengetahuan agama yang diajarkan di Madrasahal-Juneid sejajar dengan yang dikembangkan Universitas al-Azhar ini, antara lain, sebagai antisipasi mengingat setiap tahunnya banyaklulusan al-Juneid yang melanjutkan studi ke Universitas al-Azhar. Dengankurikulum yang berkiblat ke al-Azhar memungkinkan para lulusannya tidakmenghadapi banyak kendala ketika melanjutkan studi ke universitas Islamtertua di dunia mata pelajaran umum, kurikulumnya disesuaikan denganstandar minimal Kementerian Pendidikan Singapura, sehingga lulusan al-30Wawancara dengan Ustadz Muhammad Zamri Lc., salah satu alumniMadrasah al-Juneid yang setelah melanjutkan studi ke Universitas al-AzharMesirmenjaditenagapengajar dialma-mater-nya.WawancaradilakukandiMadrasah al-Juneid tanggal 24-25 November 2010, disela-sela pe-nulismengikuti program short course yang diselenggarakan Kementerian Agamapada tanggal 1-30 Nopember 2010 di National University of Singapore NUS. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 447Juneid berpeluang melanjutkan/pindah ke sekolah/perguruan tinggi umumdengan cara mengikuti ujian persamaan sebagaimana dipersyaratkanKementerian Pendidikan menarik, pembelajaran materi umum di Madrasah al-Juneidmeng-gunakan pendekatan integrasi, integrated learning, dengan Melalui pendekatan ini, kajian-kajian tentang Biologi, Kimia,Fisika dan materi umum lainnya merupakan bagian yang terpisah darikajian Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan Denganpendekatan islami ini, maka sebenarnya Madrasah al-Juneid telahmenerapkan 100% kurikulum integrasi ilmu atau islamisasi sains yang dikembangkan Madrasahal-Juneid agak berbeda dengan madrasah di Indonesia. Hasil penelitianpenulis terhadap kandungan agama Islam dalam Mata Pelajaran IPA33di Madrasah Aliyah menunjukkan bahwa hingga saat ini madrasah diIndonesia belum optimal melaku-kan upaya integrasi ilmu agama dan ilmuumum. Terbukti, dari hasil studi teks terhadap sejumlah buku pelajaran IPABiologi, Kimia, Fisika kelas X hingga kelas XII di Madrasah Aliyah, hampirtidak ditemukan upaya signifikan untuk "menghubungkan" ajaran Islamdalam setiap pembahasan materi IPA Biologi, Kimia, Fisika. Padahalupaya islamisasi ini sangat penting untuk mengatasi kian "tersingkirnya" matapelajaran agama di madrasah pasca perubahan statusnya, dari lembagaagama menjadi sekolah umum berciri khas agama lebih lanjut dalam Singapore Islamic Education System aConceptual Framework yang disusun oleh Youth Education Strategic UnitIslamic Religious Council of Singapore MUIS, yang dikeluarkan MUIStanggal 27 April pendekatan integrasi ilmu di Madrasah al-Juneid sangatterlihat saat penulis mengunjungi madrasah ini. Di halaman depan madrasahdekat resepsionist, terpampang jelas papan yang menggambarkan strategiislamisasi lebih lanjut dalam Mohammad Kosim, Kandungan Agama Islamdalam Mata Pelajaran IPA di Madrasah Yogyakarta; Pustaka Nusanttara,2011.34Sebagaimana dimaklumi, bahwa pasca pemberlakuan Undang-UndangNomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, madrasah yang sebelumnyadikenal sebagai sekolah agama berubah statusnya menjadi sekolah umumberciri khas agama Islam. Perubahan status ini berpengaruh pada perubahankurikulum yang didominasi mata pelajaran umum. 448 Al-Tahrir No. 2 November 2011Dalam sejarah Islam, pendekatan integrasi tersebut sebenarnya telahmen-jadi tradisi para ilmuwan muslim di zaman Hal ini ditandaidengan mun-culnya para filosof dan ilmuwan muslim yang ahli dalamberbagai disiplin ilmu pengetahuan. Sekedar menyebut contoh, dalam bidangkedokteran muncul; al-Razi866-909 M, Ibn Sina wafat 926 M, Ibn Zuhr1091-1162 M, Ibn Rusyd wafat 1198 M, dan al-Zahrawi wafat 1013 M.Dalam bidang filsafat muncul; al-Kindi 801-862 M, al-Farabi 870-950M, al-Ghazali 1058-1111 M, dan Ibn Rusyd wafat 1198 M. Dalam bidangilmu pasti dan ilmu pengetahuan alam muncul; al-Khawarizmi 780-850 M,al-Farghani abad ke-9, an-Nairazi wafat 922 M, Abu Kamil abad ke-10, Ibrahim Sinan wafat 946 M, al-Birn 973-1051 M, al-Khujandi lahir1000 M, al-Khayyani 1045-1123 M, dan Nashirudin al-Ths 1200-1274M.36Akan tetapi tradisi membanggakan tersebut menjadi redup di abadperte-ngahan. Pendekatan integrasi yang telah dibangun para ilmuwanmuslim era klasik berubah menjadi pendekatan dikotomi, ilmu agama danilmu umum. Akibatnya, pengembangan ilmu pengetahuan umum di kalanganumat Islam menjadi mandeg karena lebih terfokus pada kajian-kajian ilmuagama. Menyadari hal ini, sejumlah ilmuwan muslim era modern menggagasuntuk kembali ke pendekatan integrasi dalam studi Islam dan ini ditandai dengan munculnya istilah islamisasi sains yangdiprakarsai ismail Raji dan PrestasiTahun ajaran baru di Madrasah al-Juneid dimulai bulan Januari, samadengan sekolah umum milik pemerintah. Jam pelajaran berlangsung antara35Harun Nasution memetakan babakan sejarah politik dunia Islam ke dalamtiga periode, yaitu; periode klasik 650-1250 M, periode pertengahan 1250-1800M, dan periode modern 1800-sekarang. Baca lebih lanjut dalam Harun Nasution,Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan Jakarta BulanBintang, 1975, tersebut dikenalkan pertama kali oleh Ismail Raji al-Faruqi, ketikapada tahun 1982 menerbitkan buku berjudul Islamization of Knowledge GeneralPrinciples and Workplan. Istilah lain yang memiliki substansi sama denganislamisasi sains adalah dewesternisasi pengetahuan yang dikenalkan MuhammadNaquib al-Attas, desekularisasi sains, atau naturalisasi ilmu yang digagasbeberapa sarjana keislamana semisal I. Sabra. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 449pukul sampai jam dengan sekali istirahat,38 dan hari Ahadlibur. Ada beberapa fenomena menarik dari tradisi yang dikembangkanMadrasah al-Juneid, yaitu; pemisahan ruang kelas laki-laki dan perempuankecuali untuk tingkat rendah/ibtidaiyah, siswa laki-laki berpeci hitamsebagaimana umumnya santri di Indonesia, dan menjadikan bahasa Arabsebagai bahasa komunikasi di dalam dan di luar Tradisi ini menjadimenarik karena Madrasah al-Juneid berdiri di tengah-tengah pendudukSingapura yang modern-sekuler dan didominasi kultur Barat. Di Indonesia,tradisi-tradisi tersebut hanya ditemukan di madrasah-madrasah penerapan tradisi Islam yang ketat di Madrasah al-Juneidterkait dengan upaya lembaga ini membentengi siswanya dari ancamanmodernitas yang semakin tak terkendali, lebih-lebih warga Singapurasecara kultur telah berkiblat ke Barat. Sedangkan tradisi berbahasa Arabyang dikembangkan Madrasah al-Juneid-yang hal ini sulit dijumpai dimadrasah-madrasah lain di Singapura tampaknya terkait dengankecenderungan madrasah ini yang meng-hendaki lulusannya melanjutkanke universitas-universitas Islam di dunia. Sehingga bekal kemampuanberbahasa Arab akan mempermudah lulusannya diterima di universitasIslam terkemuka di dunia, seperti Universitas al-Azhar di Kairo danuniversitas di Saudi menjamin mutu pembelajaran dan mutu lulusan, Madrasah al-Juneid melakukan seleksi ketat terhadap calon siswa dan calon guru, dansecara kontinyu meningkatkan kualitas guru melalui beragam pendidikan danpelatihan. Khusus guru mata pelajaran umum, mereka juga dilatih agarmampu mengajar materi umum dengan pendekatan kegiatan yang berlangsung pada jam-jam sekolah, Madrasahal-Juneid juga mengembangkan kegiatan pembelajaran melalui programpengayaan dan remedial. Di luar mata pelajaran, madrasah ini jugaberupaya mengembangkan bakat dan minat siswa melalui kegiatan ektra38Jam belajar di Madrasah al-Juneid diatur sebagai berikut; Senin - Kamis0730-1500; Jumat 0730-1230. Jam istirahat; 1015-10 penjelasan Ustadz Muhammad Zamri, Lc., bahasa Arab sebagaialat komunikasi di Madrasah al-Juneid mulai dikenalkan sejak tingkat tsanawiyah,dan berlaku efektif di tingkat aliyah. 450 Al-Tahrir No. 2 November 201140Banyaknya alumni al-Juneid yang melanjutkan studi ke universitas IslamdiTimurTengahdi-contohkanoleh UstadzMuhammadZamri dalamkasustahun 2010. Di tahun tersebut, lulusan madrasah di Singapura yang diterima diUniversitas al-Azhar sebanyak 40 orang. Dari jumlah ini, 30 siswa berasal dariMadrasah dari dikases 1 Februari seperti olahraga, kaligrafi, astronomi, nasyid islami, dan qiraatal-Qur' upaya yang dilakukan Madrasah al-Juneid tidak prestasi yang diraih siswa/alumni madrasah ini, baik dalam bidangakademik ataupun bidang lainnya. Misalnya, 90% dari lulusan al-Juneidditerima di sejumlah universitas di Malaysia dan Timur Dua lulusanmadrasah ini pernah menjadi mahasiswa terbaik di Universitas al-AzharMesir. Setiap tahun, lulusan terbaik madrasah ini juga dikirim ke Kuwaituntuk studi lanjut. Sejak tahun 2005, siswa al-Juneid selalu muncul sebagaiperaih emas/perak/perunggu dalam Kompetisi Internasional Matematika diAmerika Serikat. Di bidang seni suara, group Nasyid al-Juneid telah merilissejumlah album sejak tahun 1999 dan sering tampil dalam even-even islamidi samping itu, tidak sedikit alumni madrasah ini yang menjadi tokohagama dan telah memainkan peran penting dalam urusan umat Islam diSingapura, seperti Mufti Singapura Syed Muhammad Isa Semait, presidenMahkamah Sya-riah Salim Jasman dan pendahulunya Haji Abu BakarHashim, pemimpin agama Ustaz Ahmad Sonhaji, dan kepala sekolahMohamad Amin Muslim. Madrasah ini juga banyak melahirkan pemimpinMuslim di negara-negara Asia Tenggara, khususnya di Malaysia danBrunei. Sembilan puluh persen staf Dewan Islam Sarawak dan MenteriAgama Brunei Darussalam Datok Muhammad Zain adalah alumniMadrasah MADRASAHKendati secara umum keberadaan Madrasah al-Juneid cukupmembanggakan, tidak berarti lembaga ini terlepas dari masalah. Sebagaiinstitusi pendidikan yang dikelola kelompok minoritas yang berada di negaramaju non-muslim dan berbaur di tengah-tengah kultur yang secaraideologis berbeda dan bahkan bertentangan, Madrasah al-Juneid dan Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 451semua madrasah di Singapura menghadapi tantangan yang tidak ringan,diantaranya adalah Pertama, tuntutan dunia kerja. Kontribusi Madrasah al-Juneid dalammenyiapkan kader dan pemimpin Muslim tidak diragukan lagi. Sebagaimanapenjelasan di muka, banyak lulusan lembaga ini yang menjadi tokoh agamadi sejumlah instuti Islam di Singapura, Malaysia dan Brunai harus diingat, tidak semua lulusan al-Juneid akan menjadi juga dengan kasus pesantren di Indonesia, tidak mungkin semualulusan pesantren menjadi kiai. Bahkan hanya sebagian kecil dari merekayang akan menjadi tokoh agama. Dengan demikian, sebagian besar darilulusan madrasah akan bekerja di sektor lain untuk menopang dimaklumi, Singapura merupakan salah satu pusat bisnisdan perdagangan dunia. Dengan menerapkan sistem ekonomi terbuka,pelaku ekonomi di negara ini dikuasai dan dikendalikan oleh pemilik modaldan tenaga professional dari etnis Cina non-muslim, sedangkan etnis Melayu-muslim berada di pinggiran. Selama ini mereka tidak bisa bersaing karenamereka lemah di bidang modal dan keahlian. Karena itu, madrasah-madrasah di Singapura di samping membekali siswanya dengan ilmuagama harus pula memberi perhatian serius untuk menyiapkan bekal memadaibagi lulusannya agar bisa bersaing di dunia tuduhan Islam sebagai agama teroris. Sebagaimana dimaklumi,pasca penyerangan gedung World Trade Centre WTC 11 Nopember 2001,yang diikuti oleh serangkaian aksi radikal umat Islam di sejumlah belahandunia, pandangan negatif dan bias terhadap umat Islam semakin meningkat,lebih-lebih setelah diketahui para pelaku gerakan radikal tersebut adalah alumnilembaga pendidikan Islam tradisional semisal pesantren dan umat Islam di Singapura yang minoritas, tuduhan tersebut terasa beratkarena mereka hidup di sebuah negara sekuler yang selama ini dikenalsebagai negara sekutu Amerika-Israel yang selalu berpandangan negatifterhadap Islam. Apalagi tuduhan tidak mengenakkan itu sering disampaikansecara vulgar oleh para pejabat Singapura. Lee Kuan Yew, mantanPerdana Menteri Singapura, misalnya beberapa waktu lalu menyarankanagar umat Islam di negara ini mengembangkan sikap toleran dalam rangkamewujudkan integrasi nasional di tengah-tengah masyarakat Singapurayang majemuk. Ia memandang Islam di negeri ini menjadi batu sandungan 452 Al-Tahrir No. 2 November 201142Baca lebih lanjut dalam “Lee Kuan Yew Desak Muslim Lebih Moderat”,www. dikases 12 Februari diakses 6 November mewujudkan integrasi. Secara terbuka, ia mengungkapkan "Sayamengatakan saat ini bahwa kami dapat mengintegrasikan semua agama danras kecuali Islam".42Tuduhan bias tersebut harus direspon kreatif oleh umat Islam denganmenunjukkan-bukan hanya dalam tataran wacana, namun juga dalamwujud perilaku keseharian bahwa Islam adalah agama yang ramah, tolerandan sangat anti kekerasan. Bagi madrasah, respon tersebut harus puladiwujudkan ke dalam bentuk pengembangan kurikulum yang mengarah padapemahaman Islam inklusif, toleran dan cinta damai, agar lulusannya bisahidup bersama to live together secara damai di tengah-tengah wargaSingapura yang heterogen dari sisi budaya, agama, ras, dan suku tuntutan mutu. Sebagaimana dimaklumi, Singapura di sampingdi-kenal sebagai salah satu pusat perdagangan dunia, negara ini jugamerupakan salah satu negara yang sangat baik dalam mengelola University of Singapore NUS misalnya, merupakan universitasterbaik di Asia Tenggara, urutan ke-3 di Asia dan urutan ke-30 di heran jika banyak warga negara asing yang tertarik belajar di negaraini. Sukses pendidikan di Singapura tidak terlepas dari perhatian penuhpemerintah dalam membangun pendidikan, mulai jenjang pendidikan dasarhingga pendidikan tinggi. Perhatian pemerintah tersebut terlihat darifasilitas sekolah-sekolah di Singapura yang sangat memadai. Setiap sekolahdi negeri ini memiliki akses internet bebas. Setiap sekolah juga memilikiweb sekolah yang berguna untuk menghubungkan siswa, guru, danorangtua. Selain itu, di setiap kelas terdapat Liquid Crystal Display LCDsebagai media pembelajaran. Fasilitas lainnya adalah tersedianya sistemtransportasi yang memiliki akses ke semua sekolah di Singapura sehinggamemudahkan siswa pergi-pulang lain yang menyebabkan Singapura menjadi negara dengansistem pendidikan terbaik adalah faktor pendidik. Untuk menjadi guru dinegeri singa ini sangat ketat dan calon guru yang diterima disesuaikandengan jumlah guru yang diperlukan, sehingga bisa dipastikan semualulusan sekolah guru akan mendapat pekerjaan. Setelah terseleksi, para Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 453calon guru diberi pelatihan sebelum bekerja, sehingga guru-guru sudahmendapat bekal memadai sebelumnya. Selain itu, gaji yang diberikan untukguru-guru di Singapura juga sangat tinggi. Hal itu menyebabkan kehidupanguru-guru terjamin kesejahteraannya, sehingga mereka fokus padatugasnya sebagai madrasah di Singapura, hal tersebut menjadi tantangan tersendirimengingat madrasah berada di luar sistem pendidikan yang dikembangkanpemerintah. Madrasah, dengan kemampuannya sendiri yang terbatas harusbersaing dengan sekolah yang mendapat perhatian penuh dari tantangan gaya hidup Barat. Singapura secara geografisterletak di wilayah Asia Tenggara, namun dari aspek kultural kehidupansehari-hari di negara singa ini diwarnai gaya hidup Barat yang sekuler,individual, materialistik, dan hedonistik. Perkembangan media komunikasidan informasi yang semakin tak terbendung menjadikan gaya hidup Baratsemakin menjadi pilihan utama kaum remaja. Tidak sedikit generasi mudamuslim yang terjebak dalam gaya hidup itu, menjadi tantangan tidak ringan bagi madrasah untukmemben-tengi para siswanya agar tidak tergerus oleh budaya itu, madrasah dituntut untuk mampu mengembangkan program-program islami yang menarik perhatian para siswa agar mereka tidakmenoleh ke budaya Barat yang beberapa penjelasan di atas, maka jawaban atas masalah dalamkajian ini dapat disimpulkan sebagai berikutPertama, kurikulum yang dikembangkan di Madrasah al-Juneidawalnya murni bermuatan agama. Dalam perkembangannya, sejak tahun1960-an, dalam rangka menyesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutanzaman, madrasah ini mem-perluas kurikulumnya dengan menambah matapelajaran umum, dengan komposisi 70% studi agama dan 30% studiumum. Namun, karena pembelajaran materi umum menggunakanpendekatan integrasi dengan ajaran Islam, maka sebenarnya kurikulumyang diterapkan di Madrasah al-Juneid adalah 100% kurikulum madrasah-madrasah yang ada di Singapura menghadapitantangan tidak ringan di masa depan. Tantangan tersebut adalah tuntutan 454 Al-Tahrir No. 2 November 2011dunia kerja, tuntutan mutu, tantangan gaya hidup Barat, dan tuduhanterhadap Islam sebagai agama teroris. Semua tantangan ini harus diresponkreatif oleh madrasah dengan mengembangkan program yang bermutuagar lulusannya bisa bersaing dengan lulusan sekolah, dan agar lulusannyamampu mengembangkan kehidupan islami yang sejuk dan toleran di tengah-tengah masyarakat Singapura yang RUJUKANAl-Faruqi, Ismail Raji. Islamisasi Pengetahuan. terj. Anas Pustaka, 1984 .Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi MenujuMillenium Baru. Jakarta Logos, Haidar Putra. Dinamika Pendidikan Islam di Asia Rineka Cipta, Surya. "Etnis Melayu; Penduduk Asli Singapura yang MakinTersingkir", dalam Suara Hidayatullah, Pebruari Munzir. Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekanbaru Alaf Riau, Mohammad. Kandungan Agama Islam dalam Mata PelajaranIPA di Madrasah. Yogyakarta Pustaka Nusantara, George. The Rise of Colleges Institutions of Learning in Islamand The West. Edinburg Edinburg University Press, Madrasah Sejarah dan Perke mbangannya. Jakarta Logos,1999. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 455Miel, Alice. Changing the Curriculum a School Process. New York;Apletion Century Company, Intan Azura. "Madrasahs in Singapore Bridging Between TheirRoles, Relevance and Resources", Journal of Muslim Minority Affairs,06 May Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran danGerakan. Jakarta Bulan Bintang, Islamic Education System a Conceptual Framework yangdisusun oleh Youth Education Strategic Unit Islamic Religious Councilof Singapore MUIS, edisi 27 April Pendidikan Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Karel A. Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islamdalam Kurun Moderen. Jakarta LP3ES, Ahmad. Sedjarah Pendidikan Islam, terj. Muchtar Jahja dan SanusiLatief. Jakarta Bulan Bintang, Bryan S, Kamaludin Mohamed Nasir and Alexux A. in Singapore;Piety, Politics and Policies. London RoutledgeTaylor & Francis Group, New International Dictionary. New York Gc MerriamCompany, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta Hidakarya Agung, 1996. ... The difference between general education and Islamic education is the emphasis of the educational goals. 20 As the ultimate human perfection is close to God in the world and the hereafter, Islamic education trains individual based on Islamic teachings from Allah Swt.. ...Zulkarnain ZulkarnainArdian Al HidayaEliyyil AkbarThe rise of immodesty among the young people towards the elderly implies the lack of cultural identity. This behavior is not only performed by individuals within the family environment but also the entire aspects of the educational environment and society. Dealing with this condition, it is necessary to re-actualize the social norms as local wisdom for future generations like Gayo community. Here are the norms to avoid violating actions. These rules are used as a foundation of life called Sumang. This paper focuses on the concepts of Gayo community norms within the framework of Islamic education. This research employed a descriptive qualitative using field research method. The sampling technique was purposive sampling by selecting the research participants consisting of the prominent tribal leader of Gayonese people. The data were collected by using observation and semi-structured interview. Then, the data were documented and analyzed through data reduction, display, and conclusion. The purpose of this paper is to explore the heritage value of Gayo community that can be used as a reference to respond to the challenges of future generations. The findings showed that the Gayo norms managing social interaction known as Sumang taboo consisting of Sumang Kenunulen sitting, Sumang perceraken talking, Sumang pelangkahan journey, Sumang penengonen seeing. Those concepts in Gayo community norms within the framework of Islamic education are to prevent a contradiction to the religion and the cultural values or it can be classified as disrespectful attitudes. These norms have also been the foundation for developing character education. الملخص يتزايد انتشار الخلافة بين الصغار والكبار بشكل متزايد ، مما يعني نقصًا في الأخلاق. هذا السلوك لا يتم فقط من قبل الأفراد في محيط الأسرة ولكن في جميع جوانب البيئة التعليمية وحتى المجتمع. لمعالجة هذا ، من الضروري الحفاظ على جدول الأعمال أو إعادة تفعيل المعايير الاجتماعية التي أصبحت حكمة محلية لأجيال. كما هو الحال في مجتمع Gayo ، لديها قواعد السلوك أو السلوك التي يجب تجنبها لخرق القيم. تستخدم القاعدة كنمط أساسي أو أساس للحياة يسمى سومانغ. تستعرض هذه الورقة معايير مجتمع Gayo ومفاهيم معايير مجتمع Gayo في إطار التعليم الإسلامي. تستخدم طريقة البحث هذه النوعية الوصفية ، مع البحث الميداني. استخدم المشاركون في هذه الورقة تقنية أخذ عينات هادفة ، وهي الشكل التقليدي لمجتمع جايو. طرق جمع ملاحظات البيانات ، ومقابلات الفصول ، والتوثيق أثناء تحليل البيانات باستخدام تقليل البيانات ، وعرض البيانات والاستنتاجات .الغرض من هذه الورقة هو استكشاف القيمة التراثية لمجتمع غايو ويمكن استخدامه كمرجع في الرد على تحديات الأجيال التي تفتقر إلى الأخلاق. تشير النتائج في هذا المجال إلى أن قواعد جايو التي تحكم التفاعل الاجتماعي تُعرف باسم سومانج كينونولن المتنافرة عند الجلوس ، ووسانجانج بيرسيكاكن المتناقض في قول الكلمات ، والسومانج بيلانجكان المتناقض في السفر ، وسومانج بيننغونين طرق متضاربة للرؤية ، إن مفهوم معايير مجتمع جايو في إطار التربية الإسلامية هو فعل يتعارض مع الدين ، لأنه يصنف كموقف غير جدير بالثناء وله تأثير غير موات ، ويمكن أن يكون هذا الأساس أساسًا لقيم الشخصية المتنامية. Abstrak Maraknya sikap ketidaksopanan antara yang muda terhadap yang tua semakin merambah sehingga mensiratkan minimnya etika. Tingkah laku tersebut bukan hanya dilakukan individu di lingkungan keluarga, namun pada seluruh aspek lingkungan pendidikan bahkan masyarakat. Untuk menyikapi hal tersebut, perlu agenda pelestarian atau mengaktualisasikan kembali norma-norma sosial yang sudah menjadi kebijaksaan lokal secara turun temurun. Sebagaimana pada masyarakat Gayo, mempunyai aturan perbuatan atau tingkah laku yang harus dijauhi karena melanggar nilai. Aturan tersebut dijadikan pola dasar atau landasan hidup yang disebut Sumang. Tujuan tulisan ini untuk menggali nilai pusaka masyarakat Gayo dan dapat dijadikan acuan dalam menjawab tantangan generasi yang minim moralitas. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, dengan penelitian lapangan field research serta partisipan menggunakan teknik purposive sampling,yaitu tokoh adat masyarakat Gayo. Pengumpulan data menggunakan pengamatan, wawancara semiterstruktur, dokumentasi, sedangkan analisa data menggunakan data reduction, displaydata serta kesimpulan. Temuan di lapangan bahwa norma masyarakat Gayo yang mengatur tata pergaulan dalam berinteraksi dikenal dengan istilah sumang kenunulen sumbang ketika duduk, sumang perceraken sumbang dalam mengucapkan kata-kata, sumang pelangkahen sumbang dalam perjalanan, sumang penengonen sumbang cara melihat. Konsep norma-norma masyarakat Gayo dalam bingkai pendidikan Islam merupakan tindakan yang bertentangan dengan adat, agama karena tergolong sikap yang tidak terpuji dan berdampak tidak baik. Norma tersebut juga telah menjadi dasar untuk menumbuhkan nilai-nilai Heri Putra SuharyantoLaily Nur ArifaMuh Barid Nizarudin WajdiThere are not many methods of learning Islamic education PAI that have become the choice of educators teachers and lecturers, but from the choice of learning methods that are often chosen, there are still weaknesses in their application, so it is important to discuss the development of the methods. PAI learning in the aspect of types and supports. The method used in writing this article is in the form of a literature review which is a study with a tendency to carry out text or discourse analysis activities and is an investigation of an event related to the actions or writings being studied in order to obtain various relatively precise facts related to the development of the PAI learning method. in terms of types and modernization of Islamic education continues to be encouraged by structuring the Iranian education system based on the principles of Islamic teachings, without neglecting the modern education that has developed in the pre-revolutionary government, namely balancing religious education, science and technology. The process of modernization in Iran, especially those related to the modernization of Islamic education, educational renewal strategies, and aspects of being modernized are interesting to study. As an Islamic country that has successfully carried out a modernization revolution, it has made it equal to the western world. In this study, the authors tried to obtain material through information from the mass media, literature literature, namely collecting, reading and studying sources, obtaining material library research in the form of books. The method of discussion in this research is Synthesis Analysis Method, namely by means of rational and abstract logical approaches to the objective of thinking inductively and deductively as well as scientific analysis. Syamsul Ma'arifLeonard C. SebastianSholihan SholihanThis study sheds light on the identity of Islamic education in Indonesia and Singapore to fight against radicalism. This study focuses on comparing Indonesia and Singapore in awakening multicultural consciousness, particularly on philosophical and practical religious education. The crisis of ideology faced by Muslim society in the world has an impact on the genesis of religious movements that legitimate violence and terrorism. This study is based on the sociological perspective and aimed at knowing the philosophical and practical construction of Islamic education in Indonesia and Singapore. The focus of this study is on preventive and persuasive deradicalization. Religious education institutions in both countries have multi principles and practices of education, which is implemented particularly in preventing Islamic ideology that teaches violent values and terrorism. Anticipating the development of understanding radicalism, in both countries, Islamic education has formulated policies that are accommodating with universal values and cosmopolitanism of Islamic civilization. Such efforts are implemented by pesantren and madrasah in Indonesia and Singapore to build harmony among fellow human beings and transmit the character of egalitarian, democratic, humanist, inclusive, and civilized. Intan Azura MokhtarIslamic education in madrasahs Islamic religious schools, has generated much interest among policymakers and the general public in recent years. With its religiously based curriculum and exclusive Muslim enrolment, it has increasingly been subjected to scrutiny and critique. This has been exacerbated with recent terrorist threats and attacks that have resulted in deaths and destruction and where the perpetrators were said to have been schooled in madrasahs that taught “deviant” Islamic teachings. Although biased views against Muslims and Islamic education in madrasahs are not extremely widespread, it is important to explore the operations of madrasahs in Singapore so as to quell misconceptions that the general public may have, especially since these madrasahs are not part of the mainstream educational system. It is thus crucial to identify the role of madrasahs and their relevance in the Singapore education system and also look into the resources on which these institutions are run. This paper provides an overview of the madrasahs in Singapore, and looks at their roles, relevance, and resources through presenting the views of the instructors asatizah and of the pupils at selected madrassah schools and compares them with the views of teachers and students in mainstream book examines Muslims in Singapore, analysing their habits, practices and dispositions towards everyday life, and also their role within the broader framework of the secularist Singapore state and the cultural dominance of its Chinese elite, who are predominantly Buddhist and Christian. Singapore has a highly unusual approach to issues of religious diversity and multiculturalism, adopting a policy of deliberately managing religions’ - including Islam - in an attempt to achieve orderly and harmonious relations between different racial and religious groups. This has encompassed implicit and explicit policies of containment and enclavement’ of Muslims, and also the more positive policy of upgrading’ Muslims through paternalist strategies of education, training and improvement, including the modernisation of madrassah education in both content and orientation. This book examines how this system has operated in practice, and evaluates its successes and failures. In particular, it explores the attitudes and reactions of Muslims themselves across all spheres of everyday life, including dining and maintaining halal-vigilance; education and dress code; and practices of courtship, sex and marriage. It also considers the impact of wider international developments, including 9/11, fear of terrorism and the associated stigmatization of Muslims; and developments within Southeast Asia such as the Jemaah Islamiah terrorist attacks and the Islamization of Malaysia and Indonesia. This study has more general implications for political strategies and public policies in multicultural societies that are deeply divided along ethno-religious dalam Islam Sejarah Pemikiran dan GerakanHarun NasutionNasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta Bulan Bintang, Melayu; Penduduk Asli Singapura yang Makin Tersingkir", dalam Suara HidayatullahSurya FachrizalFachrizal, Surya. "Etnis Melayu; Penduduk Asli Singapura yang Makin Tersingkir", dalam Suara Hidayatullah, Pebruari Sejarah dan Perke mbangannyaMaksumMaksum. Madrasah Sejarah dan Perke mbangannya. Jakarta Logos, the Curriculum a School ProcessAlice MielMiel, Alice. Changing the Curriculum a School Process. New York;Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium BaruAzyumardi AzraAzra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru. Jakarta Logos, Madrasah Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun ModerenKarel A SteenbrinkSteenbrink, Karel A. Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen. Jakarta LP3ES, Pengetahuan. terj. Anas MahyudinIsmail Al-FaruqiRajiAl-Faruqi, Ismail Raji. Islamisasi Pengetahuan. terj. Anas Mahyudin. Bandung Pustaka, 1984.

Berikutjawaban yang paling benar dari pertanyaan: Perhatikan gambar berikut!Ciri makhluk hidup berkembang biak dan bergerak ditunjukkan oleh nomor? I dan II; I dan III; II dan IV; III dan IV; 0; Jawaban: D. III dan IV. Menurut Variansi.com, perhatikan gambar berikut!ciri makhluk hidup berkembang biak dan bergerak ditunjukkan oleh nomor iii dan iv.
- Lembaga di Singapura yang bergerak di bidang pendidikan Islam dan pendidikan sekuler dalam kurikulumnya adalah madrasah. Madrasah pertama kali muncul di Singapura pada 1905, yakni Madrasah As-Sibyan, yang berada di sekitar Masjid Sultan. Setelah itu, muncul beberapa nama madrasah besar di Singapura, seperti Aljunied Al-Islamiah, Irsyad Zuhri Al-Islamiah, Al-Maarif Al-Islamiah, Alsagoff Al-Arabiah, Al-Arabiah Al-Islamiah, dan Wak Tanjong bagaimana sejarah madrasah di Singapura? Baca juga Sejarah Islam di Singapura Madrasah pertama di Singapura Munculnya madrasah di Singapura dibarengi dengan masuk dan berkembangnya Islam pada abad itu, bentuk pertama dari madrasah adalah sekolah Al Quran dan sekolah pondok yang berada di sekitar rumah ulama atau guru agama Islam. Model pendidikan tersebut berkembang di Singapura dari abad ke-15 hingga abad ke-19. Adapun fokus dalam pendidikan madrasah di Singapura saat itu adalah pemahaman di bidang agama Islam. Selain itu, diberikan juga pengetahuan tentang tauhid, tafsir, fikih, sejarah, hadis, dan bahasa Arab. Sejak itu, model pendidikan Islam terus berkembang di Singapura, dibuktikan dengan berdirinya madrasah pertama di Singapura. Baca juga Baitul Hikmah, Simbol Kemajuan Ilmu Pengetahuan Era Keemasan Islam
\n \n\n\n\n madrasah yang berkembang di singapura ditunjukkan oleh nomor
PPNomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Disusun oleh: Diperiksa oleh: Disahkan oleh Dosen Pengampu (terutama yang negeri) berkembang sangat cepat mencapai jumlah ribuan sekarang. Dari segi kualitas madrasah menjelma menjadi lembaga pendidikan dasar dan menengah alternatif di Indonesia, seperti Madrasah Terpadu (MIN, MTsN, dan MAN) di Malang Program Studi Banding Edu-trip adalah program visiting education ke sekolah-sekolah yang berada di negara Singapura, yang dikenal sebagai salah satu negara termaju dalam bidang pendidikan di Asia Tenggara. Dalam Program edu-trip kita akan mempelajari model pendidikan madrasah-madrasah di Singapura, mengetahui visi misi sekolah, bagaimana kurikulum, metode pembelajaran dan lain-lain. Kita juga dapat mempelajari bagaimana kedisiplinan warga di kota Singapura. Program Wisata Program lainnya adalah kunjungn-kunjungan ke tempat bersejarah city tour seperti National Museum of Singapore, How Par Villa, Sultan Mosque, Kampung Arab, Bugis street, China Town, Patung Merlion, Singapore River, Sentosa Island. Waktu 4-6 April 2016 Biaya * tiket pesawat PP, Hotel, Transportasi, Breakfast and Dinner *Membayar DP di Bulan Januari dan Ready Passport Profil Madrasah Madrasah Madrasah Irsyad Zuhri Al-Islamiyah Madrasah Madrasah Irsyad Zuhri Al-Islamiyah adalah lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan MUIS Majelis Ugama Islam Singapura yang menerapkan pendidikan islam dengan metode pembelajaran akƟf serta pemanfaatan teknologi sebagai bagian pendidikannya. Didirikan pada tahun 1947 oleh Kyai Haji Ahmad Zuhri, seorang ulama yang berdakwa di Singapura, Madrasah Irsyad Zuhri Al-Islamiyah berkembang menjadi pusat pendidikan Islam yang menggabungkan pendidikan Islam, pendidikan sekuler, Bahasa Arab dan penggunaan teknologi terkini. Pada tahun 2009 Madrasah Irsyad Zuhri Islamiyah diakui dalam jurnal “The 500 Most InfluenƟal Muslims” sebagai Model Sekolah masa depan karena keberhasilannya menjalankan pendidikan yang imbang antara pendidikan agama dan pendidikan sekuler dengan model pendidikan yang progresif. Madrasah al-Junied al-Islamiyah Terletak di Jalan Victoria Lane 30 Singapura. Lembaga ini merupakan sekolah Islam tertua keƟga di Singapura setelah Madrasah al-Sagaff dan al-Arabiyah. Madrasah al-Juneid didirikan oleh Syeid Abdur Rahman bin Umar bin Junied bin Ali al-Juneid pada tahun 1927 di atas tanah wakaf dari kakeknya, Syeid Umar bin Ali al-Juneid. Saat ini, kurikulum pendidikan yang dijalankan di Madrasah al-Junied al-Islamiyah merupakan kurikulum yang mengedepankan pendidikan agama Islam dan Bahasa Arab yang digabungkan dengan pendidikan umum sesuai standar kementrian pendidikan Singapura. Kurikulum agama yang dijalankan berkiblat pada pendidikan di Univ. Al Azhar Mesir. Pembelajaran mengenai materi keilmuan umum di Madrasah al-Junied al-Islamiyah di integrasikan dengan materi keilmuan agama yang berarƟ kajian-kajian keilmuan umum seperƟ biologi, fisika dan kajian keilmuan lainnya dihubungkan dengan kajian yang bersumber dari Qur’an dan Sunnah. Jadwal Perjalanan Contact Person Rahmawati 0812-9697-9262 Ita 0852-1190-6237 Kesep 08157888-7491 Kotaini diapit oleh dua laut, Laut Tengah dan Laut Hitam, dengan ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Kota yang di dirikan diatas stepa Anatolia ini adalah salah satu kota yang paling menarik di Turki. Salah satu museum paling populer di kota ini adalah Green Mausoleum of Mevlana Celaleddin Rumi, makam penyair Turki terkemuka. AbstractSekolah Agama di Singapura disebut madrasah. Ia ditubuhkan oleh ulama yang bermurah hati untuk mewakafkan tanah dan bangunan untuk tujuan pendidikan Islam kepada masyarakat Islam yang merupakan golongan minoriti di Singapura. Artikel ini bertujuan untuk mengenalpasti bagaimana pengurusan sekolah agama rakyat atau disebut madrasah dilaksanakan di Singapura bagi memastikan kelangsungan pendidikan Islam kepada masyarakat Islam. Pengumpulan data menggunakan temubual terbuka kepada pentadbiran bahagian Madrasah dan bahagian masjid di Majlis Ugama Islam Singapura MUIS untuk mendapatkan maklumat tentang pengurusan madrasah di samping memperolehi maklumat dari pelbagai sumber yang lain. Di Singapura, semua madrasah yang ditubuhkan perlu di bawah pengawasan dan kawalan Majlis Ugama Islam Singapura MUIS. Terdapat tiga jenis sekolah agama di Singapura iaitu madrasah sepenuh masa, madrasah separuh masa dan pengajian umum. Kurikulum yang digunakan oleh madrasah sepenuh masa ialah kurikulum azhari dan kurikulum kebangsaan. Madrasah separuh masa yang dijalankan di masjid menggunakan kurikulum aLIVE iaitu sebahagian dari pelaksanaan program Singapore Islamic Education of Singapore SIES. Madrasah swasta pula menjalankan aktiviti pendidikan Islam secara tusyen dan separuh masa denan membina kurikulum sendiri terutama untuk pengajian al-Quran dan Fardu Ain. Manakala NGO hanya berfungsi sebagai pendokong kepada pelaksanaan pendidikan Islam kepada masyarakat melalui aktiviti dakwah dan kelas-kelas pengajian agamaJournalHistorySimilar works MadrasahAl Irsyad Al Islamiah sendiri memiliki total siswa 900 orang mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Demi mengakomodasi kurikulum ganda, Islam dan nasional, sekolah memiliki waktu sekolah tiga jam lebih panjang dari pada sekolah umumnya. Madrasah Al Irsyad menempati urutan pertama dari enam madrasah yang ada di Negeri Singa tersebut. JAKARTA — Keberadaan lembaga pendidikan Islam di negara-negara yang mayoritas penduduknya nonMuslim sejatinya tidak bisa dianggap remeh. Sebab, kehadiran institusi tersebut menjadi salah satu faktor yang menentukan keberlangsungan proses kaderisasi para calon cendekiawan Muslim di sana. Salah satunya Singapura. Negeri dengan populasi Muslim yang hanya berjumlah 14 persen dari total penduduknya itu kini mulai menunjukkan gairah keilmuan di sejumlah lembaga pendidikan Islamnya. "Meski Singapura tidak dapat dijadikan sebagai model untuk pendidikan Islam secara global, negara ini memiliki cukup banyak madrasah," ujar akademisi dari Universitas Nasional Singapura, Dr Syed Muhammad Khairudin Aljunied, kepada Republika, belum lama ini. Saat ini, terdapat sedikitnya enam madrasah di Singapura yang menawarkan program pendidikan dari jenjang sekolah dasar hingga jenjang pendidikan sarjana. Keenam madrasah itu adalah Aljunied alIslamiah, Irsyad Zuhri al Islamiah, alMaarif alIslamiyah, Alsa goff alArabiah, alArabiah alIslamiah, dan Wak Tanjong alIslamiah. Aljunied mengatakan, Madrasah al Maarif alIslamiyah dan Madrasah Alsa goff al Arabiah boleh disebut sebagai lembaga pendidikan Islam yang punya reputasi paling bagus di Singapura. Salah satu indikatornya, kedua institusi itu telah melahirkan banyak sekali lulus an yang mampu menguasai bahasa Arab dan Inggris secara fasih. "Anak saya sen diri saya sekolahkan di Madrasah al Maarif alIslamiyah," tutur Aljuneid. Dia mengungkapkan, Pemerintah Singapura juga cukup responsif dalam memberikan dukungan bagi keberlangsungan kegiatan pendidikan Islam di sana. Hal itu bisa dibuktikan lewat prog ram beasiswa yang rutin diberikan ke pada para siswa madrasah setiap tahunnya. Pemerintah setempat juga kerap mengadakan pelatihan untuk guruguru madrasah. Seluruh madra sah juga mendapatkan bantuan dana pendidikan lebih dari 3 juta dolar Singapura setara Rp 30 miliar per tahun. Kendati demikian, ia tak menampik bahwa saat ini masih terdapat kendala dalam memajukan lembaga pendidikan Islam di Singapura. Kendala itu terutama bisa dilihat dari kurangnya upaya para pengelola madrasah untuk mempromosikan institusi mereka kepada ma syarakat luas. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini Timetu, untuk join bisnes ni kena ada modal Rm3400 On Jan 1, di tangan ada duit RM1,100 dan dalam bank ada RM900 (1) Baki b/b (baki bawa ke bawah) Resit, Baucer Pembayaran, Keratan Cek, Borang Wang Masuk, Bil 9 Dengan segera mengganti mana-mana kesusutan wang tunai atau setem yang dia bertanggungjawab PK 17 Sebahagian duit akan digunakan oleh

ArticlePDF Available AbstractIslamic education in Southeast Asia has some diverse substances. In Indonesia, Islamic education experience rapid progress. Indonesia employ Islamic education as cumpolsary subject in schools and public universities. In Malaysia, Islamic education has many improvements since 1956 Islamic education is taught in national school and also Malaysia also formed religious education department that handle every religious subject in schools. Thailand, especially in couple regions such as Pattani, Setul, Yala, and Narathiwat, Islamic education with boarding school and Madrasah become islamic identity backbone and Islamic struggle against central government. Meanwhile, different condition takes place to Islamic education in Singapore. There is still an uncleared purpose between islamic education with national education system, there is no islamic university, no standard curriculum, no central islamic education administration, and the lack of fund and economical status of religion teacher. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 71Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436AbstractIslamic education in Southeast Asia has some diverse substances. In Indonesia, Islamic education experience rapid progress. Indonesia employ Islamic education as cumpolsary subject in schools and public universities. In Malaysia, Islamic education has many improvements since 1956 Islamic education is taught in national school and also Malaysia also formed religious education department that handle every religious subject in schools. Thailand, especially in couple regions such as Pattani, Setul, Yala, and Narathiwat, Islamic education with boarding school and Madrasah become islamic identity backbone and Islamic struggle against central government. Meanwhile, different condition takes place to Islamic education in Singapore. There is still an uncleared purpose between islamic education with national education system, there is no islamic university, no standard curriculum, no central islamic education administration, and the lack of fund and economical status of religion Islam, Islamic Education, Southeast Asia AbstrakPendidikan Islam di kawasan Asia Tenggara memiliki beberapa substansi yang sangat beragam. Di Indonesia, pendidikan Islam mengalami kemajuan pesat. Diantaranya Indonesia menerapkan Pendidikan Agama Islam menjadi pelajaran wajib di sekolah-sekolah dan universitas negeri. Di Malaysia, Pendidikan Islam banyak mengalami perbaikan sejak tahun 1956 diantaranya pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah nasional dan juga dengan dibentuk bagian pendidikan agama Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraPendi Susanto STIT Al-Amin Indramayu Email susanto_sbi 71Jurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436DOI 30 April 2015 Direvisi 20 Mei 2015 Disetujui 23 Juni 2015 72Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436yang mengurusi semua bidang pendidikan agama di sekolah-sekolah. Thailand, khususnya di beberapa daerah seperti Pattani, Setul, Yala, dan Narathiwat, pendidikan Islam dengan Pondok dan Madrasah menjadi tulang punggung identitas Islam dan perlawanan Islam terhadap pemerintah pusat. Sementara itu, kondisi berbeda Pendidikan Islam di Singapura, tujuan pendidikan Islam dengan sistem pendidikan nasional belum jelas, tidak ada perguruan tinggi Islam, tidak ada kurikulum yang standar, tidak ada administrasi pendidikan Islam sentral, kurangnya dana dan status ekonomi guru Kunci Islam, Pendidikan Islam, Asia TenggaraPendahuluan Implementasi sistem pendidikan Islam di berbagai negara, baik yang berpenduduk mayoritas muslim dan non-muslim mempunyai corak serta sistem yang satu dengan yang lainnya terkadang terdapat perbedaan. Di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam berbeda nuansanya dengan negara yang relatif berimbang. Sudah dapat dicerna bahwa perbedaan dalam suatu negara pasti ada, walaupun bentuk perbedaan itu ada yang mencolok perbedaanya ada yang hampir tidak kelihatan. Pendidikan Islam bisa berarti proses atau lembaga. Sebagai proses, pendidikan Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik menuju terbentuknya pribadi muslim sempurna melalui upaya pengarahan, pengajaran, pelatihan, pemberian contoh, bimbingan, pengasuhan dan pengawasan secara islami. Sedangkan sebagai lembaga, pendidikan Islam merupakan lembaga pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya dilandasi nilai-nilai Islam dan untuk mewujudkan cita-cita islami. Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang. Dalam pengertian seluas-luasnya, pendidikan Islam berkembang seiring dengan munculnya Islam itu sendiri. Islam, dalam perkembangannya mengalami kemajuan yang signifikan, meskipun pada beberapa negara tertentu mengalami fluktuatif, bahkan ada juga yang hampir punah seperti di Spanyol. Penyebaran Islam terjadi dengan berbagai cara, diantaranya adalah orang-orang Islam pergi ke suatu daerah / negara dengan tujuan dakwah. Selain itu, ada juga dengan tujuan berdagang tetapi mendakwah dan berdagang mereka juga melakukan perkawinan, dan yang lebih menarik karena mereka mengawini anak bangsawan, penguasa dan sebagainya. Sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Asia Tenggara di kalangan sejarawan, khususnya aspek kebudayaan, masih belum tersingkap secara sempurna. Azyumardi Azra11 Azyumardi Azra, Islam di Asia Tenggara, Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi Azra Ed., Persfektif Islam di Asia Tenggara Jakarta Yayasan Obor, 1989, hlm. VI-VIII 73Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan antara lain karena kajian sejarah Islam dengan berbagai aspeknya di Asia Tenggara, baik oleh kalangan asing maupun pribumi belum mampu merumuskan suatu paradigma historis yang dapat dijadikan pegangan bersama yang kadang-kadang sulit dipertemukan satu sama lain. Tulisan ini bermaksud mendeskripsikan pendidikan Islam di kawasan Asia Tenggara. Namun demikian, karena terbatasnya ruang dalam tulisan ini untuk membahas satu-persatu wilayah di Asia Tenggara, maka penulis mengambil Indonesia, Malaysia, Thailand dan Singapura sebagai wilayah kajian, karena kawasan ini memiliki mayoritas penduduknya beragam Islam, relatif berimbang pemeluk Islamnya dan menjadi Pendidikan Islam Pendidikan adalah keindahan proses belajar mengajar dengan pendekatan manusianya man centered, dan bukan sekadar memindahkan otak dari kepala-kepala atau mengalihakn mesin ke tangan, dan sebaliknya. Pendidikan lebih dari itu, yakni menjadikan manusia mampu menaklukkan masa depan dan menaklukkan dirinya sendiri dengan daya pikir, daya dzikir, dan daya ciptanya. Dari sudut pandang masyarakat, pendidikan adalah proses sosialisasi, yakni memasyarakatkan nilai-nilai, ilmu pengetahuan, dan keterampilan dalam kehidupan. Sosiolog Emile Durkheim, dalam karyanya Education and Sosiology, sebagaimana dikutip Saefudin menyatakan bahwa pendidikan merupakan produk masyarakat itu sendiri, yaitu mampu hidup konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan. Nabi SAW bersabda “Didiklah anak-anak kamu, sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang bukan zamanmu”. Jadi, pendidikan harus berorientasi masa depan, harus futuristik. Sementara itu, dari sudut pandang individu, pendidikan adalah proses perkembangan, yakni perkembangan potensi yang dimiliki secara maksimal dan diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam arti perkembangan menciptakan sesuatu yang baru dan berguna untuk kehidupan masa al-Bani sebagaimana dikutip Adi Sasono menggambarkan bahwa pendidikan mencakup tiga faktor yang mesti dilakukan secara bertahap, yakni a menjaga dan memelihara anak; b mengembangkan potensi dan bakat anak sesuai dengan minat/bakatnya masing-masing, dan c mengarahkan potensi dan bakat anak agar mencapai masyarakat dan Dalam studi kependidikan, sebutan “Pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang 2 Saefudin, dkk., Desekularisasi Pemikiran Landasan Islami Bandung Mizan, 1995, hlm. 125. 3 Adi Sasono, dkk., Solusi Islam Atas Problematika Umat Jakarta Gema Insani, 1998, hlm. 87. 74Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436keagamaan. Dapat juga digambarkan bahwa pendidikan yang mampu membentuk “manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal, dan anggun dalam moral”. Hal ini berarti menurut cita-citanya pendidikan Islam memproyeksi diri untuk memproduk “insan kamil”, yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal, sekalipun diyakini baru hanya Nabi Muhammad SAW yang telah mencapai kualitasnya. Pendidikan Islam dijalankan atas roda cita-cita yang demikian dan sebagai alternatif pembimbingan manusia agar tidak berkembang atas pribadi yang terpecah split of personality, dan bukan pula pribadi timpang. Manusia diharapkan tidak materialistik atau aspiritualistik, amoral, egosentrik atau antrosentris, sebagaimana yang secara ironis masih banyak dihasilkan oleh sistem pendidikan kita dewasa ini. Untuk meraih tujuan yang ideal itu, maka realisasinya harus sepenuhnya bersumber dari cita-cita al-Qur’an, sunnah, dan ijtihad-ijtihad yang masih berada dalam ruang Muhammad Athiyah al-Abrasyi menyatakan bahwa prinsip utama pendidikan Islam adalah pengembangan berpikir bebas dan mandiri secara demokratis dengan meperhatikan kecenderungan peserta didik secara individual yang menyangkut aspek kecerdasan akal dan bakat yang dititikberatkan pada prinsip pendidikan Islam yakni demokrasi dan kebebasan, pembentukan ahlak karimah, sesuai kemampuan akal peserta didik, diversifikasi metode, pendidikan kebebasan, orientasi individual, bakat ketrampilan terpilih, proses belajar dan mencintai ilmu, kecakapan berbahasa dan dialog, pelayanan, sistem universitas, dan rangsangan Islam di Indonesia Tidak dapat disangkal bahwa Islam merupakan komponen penting yang turut membentuk dan mewarnai corak kehidupan masyarakat Indonesia. Keberhasilan Islam menembus dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia serta menjadikan dirinya sebagai agama utama bangsa ini merupakan prestasi yang luar biasa. Hal ini terutama bila dilihat dari segi geografis, dimana jarak Negara Indonesia dengan negara asal Islam, jazirah Arab cukup jauh. Apalagi bila dilihat sejak dimulainya proses penyebaran Islam itu sendiri di kepulauan nusantara ini, belum ada metode atau organisasi dakwah yang dianggap cukup mapan dan efektif untuk memperkenalkan Islam kepada masyarakat luas. Berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya dengan kedatangan Islam itu sendiri ke Indonesia. Dalam konteks ini Mahmud 4 Muslih Usa dan Aden Wijdan SZ, Pemikiran Islam dalam Peradaban Industrial Yogyakarta Aditya Media, 1997, hlm. 35-36. 5 M. Athiah al-Abrasyi, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam Jakarta Bulan Bintang, 1970, hlm. 165. 75Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Yunus mengatakan, bahwa sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan masuknya agama tersebut ke Indonesia. Hal ini di sebabkan karena pemeluk agama baru tersebut sudah barang tentu ingin mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang ajaran-ajaran Islam. Dari sinilah mulai timbul pendidikan Islam dimana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah, langgar atau surau masjid dan kemudian menjadi pondok Setelah itu baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagai mana yang kita kenal seperti sekarang ini. Sejak dua dasa warsa terakhir perkembangan pendidikan Islam menunjukkan lompatan yang tak terbayangkan sebelumnya. Pendidikan Islam baik dalam pengertian lembaga, program, nilai-nilai, spirit atau aktivitas pembelajaran berkembang seperti cendawan di musim penghujan. Kuantitas dan kualitas pendidikan Islam tumbuh seiring dengan perbaikan kehidupan ekonomi dan kondisi politik umat Islam Indonesia yang kondusif. Signifikansi pendidikan Islam bagi masa depan Islam Indonesia terletak pada perannya sebagai garda terdepan penjaga moral bangsa dan merupakan jembatan mobilitas anak-anak muslim dari berbagai strata sosial di Indonesia, yang pada saatnya mengantarkan mereka ke kehidupan modern. Dewasa ini, menurut Mastuki7pendidikan Islam al-tarbiyah al-islamiyah telah berkembang dalam jenis dan ragam yang dapat dikategori dalam dua kelompok besar. Pertama, pendidikan Islam sebagai lembaga atau program. Kategori kedua adalah pendidikan Islam sebagai spirit atau nilai-nilai yang melekat pada aktivitas pendidikan dan pembelajaran. Dalam pengertian ini, seluruh sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan dijiwai oleh ajaran atau nilai-nilai Islam dapat dimaknai sebagai pendidikan Islam. Pendidikan Islam sebagai lembaga tidak bisa dinafikan telah mengalami penguatan berkat Kementerian Agama yang lahir tidak lama setelah kemerdekaan Indonesia 3 Januari 1946. Kementerian Agama melalui organ-organ yang dimiliki telah memainkan peran krusial dan menentukan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam. Dasawarsa 1980-an hingga 2000-an merupakan era massifikasi lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini ditandai berbagai perkembangan menarik, seperti modernisasi dan pengarusutamaan mainstreaming pendidikan Islam. 6 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta Hida Karya Agung,1985, .html 76Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Modernisasi berkaitan dengan upaya memperbaiki kualitas pendidikan Islam yang telah mengalami massifikasi pada era-era sebelumnya. Pertumbuhan dan penambahan jumlah madrasah, pesantren dan perguruan tinggi Islam yang meningkat tajam berkaitan dengan revolusi pendidikan’ di Indonesia, yang oleh Anne Both8, dinyatakan melampaui estimasi sebelumnya. Data statistikal menunjukkan peningkatan jumlah lembaga-lembaga pendidikan Islam dibandingkan sekolah umum. Kondisi ini mengakibatkan mobilitas anak-anak Muslim dari berbagai strata dan berasal dari daerah pedesaan lebih mudah dan meningkat tajam. Modernisasi pendidikan Islam pada gilirannya juga menjadi jembatan terjadinya integrasi pendidikan Islam ke dalam mainstream pendidikan nasional. Dengan integrasi pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan nasional seperti tampak pada SKB 3 Menteri 1975 dan UU Sisdiknas no 2/1989 memuluskan proses pengarusutamaan pendidikan Islam ke dalam pendidikan nasional. Akibat yang jelas adalah mencairnya dualisme pendidikan umum’ dan agama’ lalu saling mendekat dan melengkapi. Kini sulit dibedakan secara diametral antara sekolah’ dan madrasah’ karena keduanya mengajarkan mata pelajaran yang sama, meski dengan frekuensi dan volume yang berbeda. Pengarusutamaan pendidikan Islam sekali lagi menemukan momentum saat penerimaan diniyah dan pesantren ke dalam sistem pendidikan nasional melalui UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 dan turunannya Peraturan Pemerintah no 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Regulasi ini menempatkan pendidikan Islam yang semula di pinggir ditarik ke tengah’-pusaran pendidikan nasional. Kedudukan madrasah setara dengan sekolah pada semua jenjang. Pesantren dan diniyah diakui sebagai bagian sistem pendidikan nasional. Konsekuensi yang dapat dicandera adalah bargaining position kedua lembaga ini semakin kuat. Pendidikan pesantren juga memiliki prospek yang cerah. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang masih konsisten dalam memegang nilai-nilai, budaya, serta keyakinan agama yang kuat. Keaslian dan kekhasan pesantren di samping sebagai khazanah tradisi budaya bangsa, juga merupakan kekuatan penyangga pilar pendidikan untuk memunculkan pemimpin bangsa yang bermoral. Oleh sebab itu, pesantren sebagaimana diistilahkan Gus Dur ”sub kultur” memiliki dua tanggung jawab secara bersamaan, yaitu sebagai lembaga pendidikan agama Islam dan sebagai bagian integral masyarakat yang bertanggung jawab terhadap perubahan dan rekayasa Anne Both, “Repelita V and Indonesia’s Medium-term Economic Strategy”, Prisma, edisi bahasa Inggris, No. 48, December, 19899 Haidari, dkk 2004, Panorama Pesantren dalam Cakrawala Modern. Jakarta, Diva Pustaka, hlm. 76. 77Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Pesantren adalah model sistem pendidikan pertama dan tertua di Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren berdiri bukan sekedar mengejar kekuasaan atau materi akan tetap yang pertama di bangun dalam sebuah tradisi pesantren adalah penanamam nilai-nilai agama kepada para santri, dan kewajiban untuk menuntut ilmu merupakan perintah Keberadaan pesantren mengilhami model dan sistem-sistem yang ditemukan saat ini. Ia bahkan tidak lapuk dimakan zaman dengan segala perubahannya. Karenanya banyak pakar, baik lokal maupun internasional melirik Pondok Pesantren sebagai bahan kajian. Di antara sisi yang menarik para pakar dalam mengkaji lembaga ini adalah karena “modelnya”. Sifat keislaman dan keindonesiaan yang terintegrasi dalam pesantren menjadi daya tariknya. Belum lagi kesederhanaan, sistem dan manhaj yang terkesan apa adanya, hubungan kyai dan santri serta keadaan fisik yang serba sederhana. Perjalanan pendidikan Islam di Indonesia senantiasa dihadapkan pada berbagai persoalan yang multi komplek, mulai dari konseptual-teoritis sampai dengan operasional praktis. Hal ini dapat dilihat dari ketertinggalan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pendidikan Islam terkesan sebagai pendidikan “kelas dua”. Sesungguhnya sangat ironis, penduduk Indonesia yang mayoritas muslim namun dalam hal pendidikan selalu tertinggal dengan umat yang lainnya. Berkaitan dengan ini, ada beberapa fenomena yang dicatat oleh Muhaimin yang menjadi penyebab pendidikan Islam selalu dalam posisi tersingkirkan. Pertama, pendidikan Islam sering terlambat merumuskan diri untuk merespon perubahan dan kecenderungan mengorientasikan diri pada bidang-bidang humaniora dan ilmu-ilmu sosial ketimbang ilmu-ilmu eksakta semacam fisika, kimia, biologi dan matematika modern. Padahal ilmu ini mutlak diperlukan dalam mengembangkan teknologi canggih. Disamping itu ilmu-ilmu eksakta ini belum mendapat apresiasi dan tempat yang sepatutnya dalam sistem pendidikan Islam. Kedua, usaha pembaharuan dan peningkatan sistem pendidikan Islam sering bersifat sepotong-sepotong atau tidak komprehensif dan menyeluruh, yang hanya dilakukan sekenanya atau seingatnya, sehingga tidak terjadi perubahan secara esensial di dalamnya. Ketiga, sistem pendidikan Islam telah lebih cenderung berorientasi ke masa silam ketimbang berorientsi ke masa depan, atau kurang bersifat future-oriented. Keempat, sebagian besar sistem pendidikan Islam belum dikelola secara profesional baik dalam perencanaan, penyiapan, tenaga pengajar, kurikulum maupun pelaksanaan pendidikannya, sehingga kalah bersaing dengan Dhofir, Zamaksyari 1984, Relevansi Pesantren Pengembangan Ilmu di Masa Datang, dalam Majalah Pesantren,Jakarta P3M, hlm. Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Humanisme Relegius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta Gama Media, 2002, hlm. 14-15 78Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Pendapat tersebut menggaris bawahi perlunya pemikiran dan pengelolaan pendidikan Islam untuk besikap proaktif dalam merespon perubahan dan kecenderungan perkembangan masyrakat kini dan masa mendatang, dengan memasukkan ilmu-ilmu eksakta kedalam setiap programnya, sehingga dapat menggembangkan teknologi canggih. Maka yang diperlukan untuk memajukan pendidikan Islam harus dikelola oleh para pengajar dan manajer yang berkualitas dan mampu membaca fenomena pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat, perkembangan nilai-nilai dalam masyarakat di mana lembaga pendidikan Islam Islam di Malaysia Islam merupakan agama resmi Negara ferasi Malaysia. Hampir 50% dari 13 juta penduduknya adalah Muslim dan sebagian besar diantaranya adalah orang melayu yang tinggal di Semenanjung Malaysia. Adapun sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnik yang minoritas yakni diantaranya Cina yang terdiri sekitar 30% dari penduduk Malaysia dan yang lainnya India dan Arab Esposito, 199055. Keragaman masyarakat yang demikian besar membawa dampak ketegangan dan konflik-konflik yang cenderung untuk menambah identitas orang-orang melayu, terutama orang Cina yang lebih meningkat pendidikan dan perekonomiannya dari pada orang muslim yang lebih pedesaan. Masyarakat Muslim di Malaysia sebagian besar berlatar belakang pedesaan dan mayoritas mereka bekerja sebagai petani. Mereka cenderung dalam kehidupan komunitas masyarakat kampung. Warga perkampungan Malaysia menjalankan praktek – praktek keagamaan, meyakini terhadap roh-roh suci, tempat suci, dan meyakini para wali yang dikeramatkan baik di kalangan Muslim maupun non Muslim. Diantara warga Muslim dan non Muslim dapat hidup rukun tanpa ada permusuhan sehingga masyarakat di sana tentram dan damai. Perkembangan Islam di Malaysia telah membawa peradaban-peradaban baru yang diakui Dunia Islam. Sampai saat ini Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taat beribadahnya, kuat memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamannya yang damai serta mencerminkan keIslaman agamanya baik di perkampungan maupun dalam pemerintahan. Peranan seorang ulama di sana sangat penting baik dalam segi dakwah dan dalam pengelolaan sekolah-sekolah. Mengenai hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan Negara-negara Islam yang lain, seperti 1. Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah seperti Masjid Ubaidiyah di Kuala Kancong 2. Banyaknya bangunan- 79Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436bangunan sekolah Islam 3. Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia hukum islam di sana mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum Negara. Pada zaman tradisional Islam di Negara-negara perairan Malaya mempunyai hubungan yang erat antara kehidupan kampung dan organisasi kenegaraan. Pemerintahan dibagi menjadi dua ruang lingkup yakni 1 Dalam Kehidupan Kampung Terdapat dua jabatan yang seimbang. Kepala kampung atau penghulu diangkat oleh pejabat yang lebih tinggi untuk menjaga ketertiban lokal, menengahi persengketaan, mengumpulkan pajak, mengorganisir kaum buruh dan bertindak sebagai penyembuhan dalam bidang spiritual. Adapun jabatan yang lain yakni islam masjid yang local dan mengajar di sekolah lokal. Islam memberikan peranan yang penting terhadap sejumlah ritual dan perayaan yang menjadi symbol solidaritas komunitas perkampungan, dan perayaan beberapa peristiwa besar dalam siklus kehidupan individual seperti perayaan kelahiran, perkawinan, dan peringatan kematian. 2 Dalam kehidupan Negara Islam juga diperlukan bagi Negara Malaysia. Para Sultan pada beberapa Negara Malaya merupakan kepala sebuah kelompok keturunan Aristokratik yang membuat elit politik negeri dan merupakan raja-raja kampong. Seorang penguasa juga disebut sebagai Sultan, Raja dan yang Dipertuan. Gelar-gelar tersebut merupakan gelar Muslim dan Hindu yang diyakini sejak masa Islam. Pada periode tradisional Sultan merupakan pejabat agama dan politik yang tertinggi dan melambangkan corak Muslim masyarakat melayu. Sultan sebagai kepala agama mempunyai wewenang penuh bagi umat Islam di Malaysia. Di samping itu kehidupan beragama di sana terasa sangat formal jika dibandingkan dengan Indoensia seperti khutbah Jum’at yang harus berisikan doa bagi Sultan dan seluruh keluarganya. Bahkan pernah terjadi pada waktu “Idul Fitri” di Masjid Kuala Lumpur, takbir yang dikumandangkan bersama-sama diberhentikan demi menyambut kedatangan yang Maha Mulia Sultan. Setelah Sri Baginda duduk, barulah bacaan takbir dikumandangkan kembali. Jadi kedudukan seorang Sultan di Malaysia pada zaman dahulu sangat mulia. Namun kenyataan di atas berubah drastis setelah Malaysia didominasi oleh Inggris. System yang berlaku pada era tradisional ini berubah total. Mereka membebaskan para Sultan Melayu dari otoritas efektif dalam segala urusan kecuali bidang yang berkenaan dengan agama dan adapt. Oleh karena itu para Sultan berusaha memperkuat pengaruh mereka pada bidang tersebut sebagai satu-satunya ekspresi dan berusaha memusatkan organisasi keagamaan Islam dan memperluas control kesultanan terhadap kehidupan keagamaan. 80Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Pada prinsipnya urusan agama Islam menjadi wewenang pemerintah Negara bagian. Seperti ditetapkan dalam Konstitusi Malaysia, sultan menjadi pimpinan agama Islam di negerinya masing-masing. Sementara itu di negeri yang tidak mempunyai sulthan seperti Pulau Pinang, Malaka, Sabah dan Serawak serta wilayah federal Kuala Lumpur sendiri, pimpinan agama dipercayakan kepada yang di Pertuan Agung. Namun demikian agaknya pemerintah merasa perlu untuk memadu, kalau tidak bisa dikatakan mengatur, agak aktifitas Islam di Negara tersebut tidak menjadi sumber instabilitas. Hal ini dilakukan pemerintah, selain untuk menunjukkan perannya dalam mendukung Islam juga dimaksudkan untuk menghilangkan kekhawatiran dan ketakutan warga non Muslim terhadap apa yang dibahasakan Mahathir sebagai “Islam Fundamentalis” yang diantaranya menginginkan penerapan hukum Islam dan atau terbentuknya Negara Islam di Malaysia. Maka untuk menetralisir gerakan-gerakan fundamentalis tersebut, serta berupaya untuk memandu dan mengatur aktifitas Islam di Negara itu, pemerintah perlu merancang dan mengatur sendiri berbagai aktifitas Islam dan berdasarkan pada kebijakan pemerintah. Dalam penerapan kurikulum pendidikan islam di Malaysia tidak berbeda jauh dengan pendidikan Islam di Indonesia, yaitu kurikulum pendidikan islam yang mengandung dua kurikulum inti sebagai kerangka dasar operasional pengembangan kurikulum. Pertama, tauhid sebagai unsure pokok yang tidak dapat dirubah. Kedua, perintah membaca ayat-ayat Allah yang meliputi tiga macam ayat, yaitu 1 ayat Allah yang berdasarkan wahyu, 2 ayat Allah yang ada pada diri manusia, 3 ayat Allah yang terdapat di alam semesta atau di luar dari manusia. Para ahli pendidikan Islam dalam hal ini memberikan interpretasi-interpretasi tersendiri. Prinsip umum yang menjadi dasar kurikulum pendidikan Islam adalah 1. Adanya pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran-ajaran dan nilai-nilainya 2. Prinsip menyeluruh universal pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum 3. Keseimbangan yang relative antara tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum 4. Perkaitan dengan bakat, minat, kemampuan-kemampuan dan kebutuhan pelajar dan juga dengan alam sekitar, fisik dan sosial tempat pelajar itu hidup berinteraksi 5. Pemeliharaan atas perbedaan-perbedaan individu diantara pelajar dalam bakat-bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan perbedaan lingkungan masyarakat. 6. penyesuaian dengan perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam kehidupan 7. Pertautan antara mata pelajaran, pengalaman dan aktifitas yang terkandung dalam kurikulum, dan pertautan antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid dan kebutuhan masyarakat tempat murid itu tinggal. Periode pemerintahan 1976-1981 dan 1981 – 1986, terlihat betapa pemerintah Malaysia menunjukkan keseriusannya dalam meresponi kembali posisi Islam. Dalam rencananya Islam tetap menjadi sumber kekuatan bagi mangsa. Malaysia, 81Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436telah diwujudkan secara nyata dalam bentuk naiknya pengeluaran anggaran dan dukungan moral pemerintah dalam bidang pengajaran Islam di sekolah sekolah serta pembangunan mesjid-mesjid dan berbagai institusi Islam. Kebijakan penting lainnya terkait dengan upaya menghasilkan sumber daya manusia dan professional Muslim yang berkualitas dalam berbagai bidang kehidupan adalah kesponsoran pemerintah dalam mendirikan universitas Islam berskala Internasional IIUM yang dibiayai pemerintah dengan bantuan Arab Saudi. Sebagai upaya untuk menunjukkan keseriusannya dalam merespons penegasan kembali Islam, pemerintah menyediakan sejumlah infrastruktur yang diperlukan guna membantu umat Islam dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban agama mereka. Realisasi paling umum dari keseriusan ini adalah pembangunan sejumlah mesjid untuk memenuhi kebutuhan komunitas Muslim akan tempat ibadah. Selain itu manifestasi penting lainnya dari kesungguhan pemerintah terlihat dari penyediaan infrastruktur bagi kebijakan pro-Islamnya di berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, dakwah dan syiar Islam, pendidikan dan aspek-aspek lainnya dalam meningkatkan keberagamaan masyarakat Muslim. Pendidikan Islam di Singapura Wajah Islam di Singapura tak jauh beda dengan wajah di Malaysia. Banyak kesamaan, baik dalam praktik ibadah maupun dalam kultur kehidupan sehari-hari. Sedikit banyak, hal ini mungkin dipengaruhi oleh sisa warisan Islam Malaysia, ketika negeri kecil itu resmi pisah dari induknya, Malaysia, pada 1965. Tetapi, sebenarnya Islam telah lama ada dan berkembang di Singapura, jauh sebelum negeri itu sendiri berdiri. Singapura, termasuk negeri yang kaya dan tertib di kawasan Asia Tenggara. Namun siapa sangka tenyata terdapat 70 mesjid yang tersebar merata. Jumlah yang lumayan banyak untuk negara sekecil Singapura. Tidak seperti di Indonesia yang begitu banyak masjid dan mushala sehingga memudahkan kita untuk sholat berjamaah di mushala terdekat. Menurut sensus 2000, agama yang paling banyak dianut di Singapura adalah Agama Buddha Agama lain yang dianut adalah Islam Kristen Taoisme Agama Hindu dan lain-lain. dari penduduk Singapura tidak beragama. Di Singapura, hampir seluruh orang Melayu beragama Islam. Agama-agama yang dianut oleh etnis Cina Singapura termasuk Buddha Mahayana, Taoisme, Konghucu, dan Kristen. Etnis India Singapura kebanyakan menganut agama Hindu, dan sisanya menganut agama Islam, Sikh, Buddha, dan umat Islam di Singapura kurang lebih 15% dari total penduduknya, yang sekitar 4,5 juta total jiwa termasuk tenaga kerja asing yang memiliki ijin tinggal, dengan komposisi etnis terdiri dari 77% 82Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436keturunan China, 14% keturunan Melayu, 7,6% keturunan India dan 1,4% Dalam kehidupan bermasyarakat, Singapura menganut falsafah “together hwe make the difference”13. Bagi Singapura, falsafah tersebut dapat dijadikan suatu kekuatan yang dapat mensinergikan semua unsur masyarakat. Pengembangan kebudayaan di Singapura dalam rangka menghadapi kompetisi global dewasa ini adalah dengan menempatkan kebudayaan sebagai unsur yang sangat penting untuk menigkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan dalam rangka pembentukan karakter bangsa. Visi pendidikan yang dianut adalah “First World Economy, World Class Home” dengan menekankan pentingnya sistem pendidikan yang berkualitas pelajar dan mahasiswa dituntut tidak hanya mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata tetapi juga mempelajari cara untuk menciptakan ilmu-ilmu yang baru. Untuk itu, pemerintah telah menyusun tim yang kuat pada menteri pendidika Singapura dengan mengangkat menteri muda yang berkualitas. Usaha-usaha penyempurnaan pendidikan dilakukan melalui peninjauan kurikulum dan sistem, rekrutmen siswa khususnya di tingkat universitas, pengembangan teknologi informasi serta pembangunannya secara holistik. Singapura bercita-cata universitas terkenal di dunia diharapkan dapat bekerja sama membuka kampus-kampus cabang di singapura. Lembaga pendidikan Islam di Singapura hanya terbatas pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan jenis dan jumlah yang terbatas. Terdapat dua jenis lembaga pendidikan Islam, yaitu madrasah sepenuh masa full time dan madrasah separuh masa part time.15Madrasah sepenuh masa merupakan lembaga pendidikan Islam yang proses pembelajarannya berlangsung tiap hari sebagaimana yang terjadi pada madrasah di Indonesia, dan kurikulumnya menggabungkan mata pelajaran agama dan umum. Sedangkan madrasah separuh masa merupakan lembaga pendidikan yang proses pembelajarannya tidak berlangsung tiap hari, mungkin dua-tiga kali seminggu, dilaksanakan pada sore dan malam hari; materinya murni keagamaan; dan umumnya berlangsung di masjid-masjid. Dengan karakter demikian, madrasah separuh masa lebih tepat disebut pendidikan Altbach, Philip G. dan Salmi, Jamil. The Road to Academic Excellence. The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank Bank Dunia dan Penerbit Salemba Humanika. Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara Jakarta Rineka Cipta, 2009, Perbedaan antara lembaga pendidikan formal, nonformal dan informal adalah; 83Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Kedua jenis madrasah tersebut memiliki bidang garapan berbeda. Sasaran madrasah penuh waktu adalah para pelajar muslim yang sejak awal memilih lembaga ini sebagai tempat mengembangkan potensinya. Sedangkan madrasah paruh waktu memiliki sasaran para pelajar muslim yang menuntut ilmu di sekolah umum, agar mereka mengenal ajaran dasar Islam mengingat sekolah-sekolah umum di Singapura tidak mengajarkan mata pelajaran demikian, kedua jenis madrasah tersebut sama-sama memiliki peran signifikan dalam menumbuhkembangkan semangat islami sejak dini bagi para generasi muslim. Lembaga pendidikan Islam madrasah dikelola secara modern dan profesional, dengan kelengkapan perangkat keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam sebanyak enam buah, seluruhnya di bawah naungan Majelis Ugama Islam Singapura MUIS, sistem pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul hingga Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan modern. “Murid dibiasakan dengan teknologi, terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka diberi waktu dua jam untuk aplikasi dan pemberdayaan internet,” jelas Mokson Mahori, Lc, guru di madrasah Al Junied Al Islamiyah. Sayangnya, pendidikan Islam baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah SMU. Untuk perguruan tingginya hingga kini belum formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal meru-pakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Baca lebih lanjut dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20/2003 pasal 1 ayat 11, 12, Sebagai negara sekuler dengan penduduk berasal dari etnis dan agama beragam, pemerintah Singapura memberikan kebebasan kepada setiap warga negaranya untuk memeluk suatu agama dan bahkan untuk tidak ber-agama. Karena itu, di sekolah-sekolah milik pemerintah tidak diperkenankan mengajarkan agama. Sekolah bersifat netral, dan agama menjadi urusan pribadi pemeluknya. Hal ini sangat berbeda dengan Indonesia yang -meskipun bukan negara agama- menjadikan pendidikan agama sebagai salah satu mata pelajaran wajib dalam semua jenis, jalur dan jenjang Helmiati. Dinamika Islam Singapura Menelisik Pengalaman Minoritas Muslim di Negara Singapura yang Sekular & Multikultural. Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 201319 com/news /singapore/ 2009/07/04/114/ islam-di-singapura-menuju-komunitas-muslim-yang-maju/. 84Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Manajemen yang sama juga diterapkan dalam pengelolaan masjid. Tidak seperti yang dipahami selama ini, bahwa masjid hanya sebatas tempat ibadah mahdhoh an sich shalat lima waktu dan shalat Jumat. Tetapi, masid di negeri sekuler ini, benar-benar berfungsi sebagaimana zaman Rasulullah, sebagai pusat kegiatan Islam. Saat ini di Singapura terdapat 70 masjid. Selain tempatnya yang sangat bersih dan indah, juga di ruas kanan dan kiri di setiap masjid terdapat ruangan-ruangan kelas untuk belajar agama dan kursus keterampilan. Berbagai disiplin ilmu agama diajarkan setiap siang dan sore hari. Kegiatan ceramah rohani usai juga diajarkan usai shalat shubuh atau maghrib. Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman. Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid. Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media majalah dan buletin sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern. Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam LSM juga tak kalah pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim. Saat ini, tidak kurang dari sepuluh LSM, di antaranya adalah Association of Muslim Professionals AMP, Kesatuan Guru-Guru Melayu Singapura KGMS, Muslim Converts Association Darul Arqam, Muhammadiyah, Muslim Missionary Soceity Singapore Jamiyah, Council for the Development of Singapore Muslim Community MENDAKI, National University Singapore NUS Muslim Society, Perdaus Persatuan dai dan ulama Singapura, Singapore Religious Teachers Association Pergas, Mercy Relief Center for Humanitarian, International Assembly of Islamic Studies IMPIAN, dan Lembaga Pendidikan Alquran Singapura LPQS. Seluruh lembaga dan sistem manajemen profesional ini ditujukan bukan saja pada terbentuknya kualitas muslim dan komunitas Islam yang maju, moderat dan progresif, tetapi juga potret yang mampu berkompetisi dan meningkatkan citra Islam di tengah pemandangan global yang kurang baik saat ini. Model demikian inilah yang kini terus diperjuangkan agar Islam yang rahmat menjelma dalam kehidupan masyarakat Singapura. Selain pendidikan agama Islam, siswa juga belajar tentang materi umum. Para siswa mempelajari agama Islam sementara mereka juga mempelajari materi-materi non Islam. Madrasah Al Irsyad Al Islamiah di Singapura menjadi contoh pendidikan Islam yang sejalan dengan dunia modern di negeri singa tersebut. 85Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Madrasah Al Irsyad Al Islamiah sendiri memiliki total siswa 900 orang mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Demi mengakomodasi kurikulum ganda, Islam dan nasional, sekolah memiliki waktu sekolah tiga jam lebih panjang dari pada sekolah umumnya. Madrasah Al Irsyad menempati urutan pertama dari enam madrasah yang ada di Negeri Singa tersebut. Selain menganut kurikulum modern, institusi pendidikan Islam tersebut juga memiliki titik utama sebagai Islamic Center dari Dewan Agama Islam Singapura, dewan penasihat yang memberi masukan kepada pemerintah perihal urusan menyangkut Muslim. Kurikulum yang dipakai di Madrasah Al Irsyad Al Islamiah memadukan materi pendidikan lokal dan internasional bernapas Islam dalam kegiatan belajar mengajar. Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar yang dominan, baik di dalam kelas maupun di laboratorium komputer, laboratorium ilmu pengetahuan, maupun Islam di Thailand Masuknya agama Islam ke Selatan Thailand Pattani tidak bisa dilepaskan dengan masuknya Islam ke Asia tenggara. Rentetan penyiaran Islam di Nusantara ini merupakan satu kesatuan dari mata rantai peroses Islamisasi di Nusantara. Hal ini tentu terkait dengan seputar pendapat yang menjelaskan tentang masuknya Islam ke Nusantara yang secara garis besar di bagi pada dua pendapat, yakni penadapat yang mengatakan Islam masuk ke wilayah ini pada abad ke tujuh Masehi dan langsung dari Arab dan pendapat lain mengatakan Islam masuk ke Nusantara pada abad ketiga belas Masehi berasal dari India. Sebagai bukti awal yang bisa ditunjukkkan tentang kedatangan Islam ke Pattani adalah pada tulisan bertarikh 4 Rajab tahun 702 H. bersamaan dengan 22 Februari 1387. Ada juga batu nisan di Champa yang bertarikh 1039, sedangkan di semenanjung Tanah Melayu ditemukan batu nisan seorang wali Allah keturunan Arab bertarikh 1029 419 H ditemukan di Pihan, Sejarah awal Pattani diperkirkan muncul pada tahun 1390. Raja Islam pertama Kerajaan Pattani adalah Sultan Isma’il Syah 1500-1530. Beliaulah peletak dasar kerajaan Melayu Islam Pattani. Sejak kemunculan Kerajaan Islam Pattani ini selalu saja terjadi perjuangan untuk melepaskan diri dari pengaruh Siam. Sultan Midzaffar Syah 1530-1564 pernah berupaya dua kali untuk menyerang dan menundukkkan kota Ayuthia ibu kota kerajaan Siam tapi gagal. Islamisasi di Pattani, banyak dikaitkan dengan usaha kerajaan Islam Samudra Pasai pada abad 20 Chapakia, Ahmad Omar. 2000. Politik Thai dan Masyarakat Islam di Selatan Thailand. Kedah Pustaka Darussalam, 1996. hlm. 6. 86Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436ke-12 dan 13 M yang telah begitu aktif melaksanakan dakwah Islam di kawasan ini. Raja Pattani yang pertama masuk Islam menggati namanya dengan Sultan Ismail Zilullah Fil Alam atau lebih dikenal dengan Sultan Isma’il Syah. Proses Islamisasi di Pattani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada tahap awal pendidikan informal sangat berperan, yaitu kontak informal antara mubaligh dengan rakyat setempat selanjutnya ditindak lanjuti dengan munculnya pendidikan non formal dan terakhir pendidikan formal. Pada tahap awal pendidikan Islam di kawasan Thailand Selatan dilaksanakan pendidikan al-Qur’an. Pengajian al-Qur’an adalah sesuatu yang mesti dipelajari oleh setiap muslim. Selanjutnya muncullah pendidikan Pondok. Pondok berposisi sebagai lembaga pendidikan yang amat penting di Thailand Selatan. Alumnus pondok memiliki posisi yang sangat penting dan memiliki peranan yang strategis di tengah-tengah masyarakat, mereka pemimpin masyarakat khususnya dalam bidang keagamaan menjadi imam, khotib bilal, menjadi ahli jawatan mesjid. Sama halnya dengan apa yang terjadi diberbagai negara tetangga Thailand lainnya seperti Indonesia dan Malaysia, maka di Thailand sistem pendidikan Pondok mengalami dinamika dan perubahan. Perubahan modernisasi itu terjadi disebabkan berbagai Faktor antara lain masuknya ide-ide pembaharuan ke sistem Islam di Thailand, khususnya Pattani, setelah perang dunia kedua timbul dinamika perubahan tersebut. Sistem pendidikan yang tidak tersetruktural tersebut berubah kepada sistem pengajaran yang tersetruktur. Dengan beberapa kebijaksanaan dan tekanan imperialis Thai terhadap masyarakat melayu Pattani mengakibatkan para cendikiawan dan beberapa ahli, berfikir keras untuk mempertahankan dan meningkatkan tarap kehidupan beragama di kalangan masyarakat Islam di Pattani. Pada tahun 1933 Haji Sulong mendirikan sekolah modren pertama di Pattani. Projek pembangunan sekolah Agama pertama di Pattani mulai dibangun pada penghujung tahun 1933 dengan jumlah dana 7200 disumbangkan oleh umat Muslim yang berada dikampung anak –Ru dan sekitarnya dengan diberi nama sekolahnya Madrasah Al- Ma’arif Al – Wathaniyah karena itu maka lembaga pendidikan Pondok secara bertahap berubah menjadi sekolah swasta Islam madrasah. Dinamika Pondok ini terjadi di Pattani terutama setelah pemerintah ikut serta untuk melaksanakan perubahan di Pondok, diantaranya adanya usaha memasukkkan mata pelajaran umum. Usaha itu pada mulanya mendapat tantangan 21 Calerm kiat Khunthongpech, Kan Taton Nayobai Ratthaban Nai Si Changwat Phaktai Khong Prathetthai Doikannam Khong H. Sulong Abd. Qadir , Mitraphap Patani,1997. hlm. 21. 87Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436dari kaum ulama, tetapi karena usaha yang serius dari pemerintah maka usaha tersebut berhasil. Pada saat sistem pendidikan Pondok di Thailand peroses pembelajarannya memiliki ciri-ciri a. Sistemnya dipengaruhi dengan sistem pendidikan abad pertengahan, yaitu halaqah, murid-murid duduk melingkari guru; b. Pendidikannya tidak memakai sistem klasikal nonklasikal; c. Pelajaran berpedoman pada kitab-kitab yang dibaca disebuah Halaqah terbuka dikenal namanya dengan sebutan balaisah, di baca tiga kali sehari; d. Para murid mencatat penjelasan dan komentar yang mereka dengar dari guru mereka; e. Pelajar-pelajar pemula belajar bersama dengan pelajar Senior tidak diklasifikasi berdasar latar belakang mereka; f. Tidak ada ujian dan tugas-tugas; g. Tidak ada batas lamanya study, seseorang bisa saja sampai bermukim sepuluh tahun diPondok tersebut. Materi pelajaran yang diutamakan di pondok adalah berdasarkan pada pembacaan dan pemahaman kitab-kitab klasik, baik dalam bahasa Arab maupun dalam bahasa Melayu tulisan Jawi. Ciri khas dari pengajaran pondok itu adalah “No syistem of education non fixed syilabus, Each proffesor tok guru is having his own method of teching and syllabu”. Di Pattani para pelajar Pondok disebut dengan panggilan Tok Pake yang berasal dari bahasa arab yang berarti orang yang sangat berhajat pada ilmu pengetahuan dan bimbingan agama. Tok guru adalah seorang ahli dalam ilmu agama, wara’, tawaddu’. biasanya sudah haji dan pernah tinggal di Mekkah atau negeri Timur Tengah Perubahan Pondok ke sistem pendidikan sekolah Islam swasta madrasah dengan menganut sistem persekolahan Madrasah di Thailand ini, membawa perubahan yang luar biasa bagi masyarakat Islam. Para lulusan sekolah Islam swasta madrasah itu dapat memilih kemana mereka ingin melanjutkan pelajarannya sesuai dengan minat dan perhatiannya. Apabila dia berminat dalam bidang Sains, maka dia dapat melanjutkan studi dalam bidang tersebut, begitu juga apabila dia lebih terkonsentrasi dalam bidang agama dan bahasa Arab, juga dapat direalisasikannya untuk melanjutkan studi kebidang tersebut. Banyak diantara lulusan sekolah Islam swasta ini yang melanjutkan studi ke College of Islamic studies, Prince of Songkla University dan dari situ banyak pula yang melanjutkan studinya ke Islamic International University Malaysia, Universitas kebangsaan Universitas Malaya, Universitas Karachi di Pakistan Aligarh muslim University di India dan School of Islamic and Social Seciences di Virginia Dua hal yang menyebabkan 22 Mohd Zamri A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu, Dewan Bahasa dan pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur,1994, hlm. 97. 88Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436terjadinya dinamika pembahuruan modernisasi dikalangan Pondok di Thailand Selatan. Pertama tuntutan kemajuan dan perubahan zaman. Kedua keikut sertaan Pemerintah Thailand untuk memasukkan mata pelajaran umum ke Pondok. Pondok-pondok yang telah berubah ini disebut dengan madrasah adapun yang menjadi perubahan dan pembaharuan modernisasi dalam pondok ini adalah Sistemnya, Kurikulum serta manajemennya. Sebagaimana yang telah penulis uraikan tentang ciri-ciri pondok maka pada Madrasah terdapat beberapa ciri antara lain a. Sistemnya klasikal, sistem madrasah ini berdasarkan kelas-kelas dan mempunyai jenjang pendidikan sesuai dengan tingkatan yang ditetapkan; b. Mempunyai kurikulum, silabus yang telah ditetapkan pokok- pokok bahasannya serta jadwal pelajaran; c. Diajar oleh tenaga pengajar yang memiliki spesialisasi dalam bidang mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah tersebut; d. Diajarkan dua jenis ilmu pengetahuan, pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Pada pagi hari jam 0800-1200. diajarkan ilmu-ilmu agama, dan sore hari pukul Pelajaran umum; e. Disamping tenaga pengajar, madrasah juga memerlukan tenaga administrasi yang akan menjalankan administrasi pembelajaran, diantara meraka diadakan pembahagian kerja ada bahagian akademik, ada keuangan dan lain sebagainya; f. Sistem manajeman tidak lagi terkonsentrasi pada satu orang sebagaimana di pondok terkonsentrasi kepada tok guru. Di madrasah sistem itu telah berubah kepada adanya pembahagian tangggung jawab sharing Patner antara pimpinan madrasah dan ciri kepemimpinnan yang seperti ini menjadikan lembaga pendidikan madrasah tersebut tidak lagi tertutup, tetapi lebih terbuka dan dapat memerima ide baru dan pemikiran baru yang datang dari luar; g. Karena mata pelajaran di madrasah diajarkan dengan bervariasi, adanya mata pelajaran agama dan umum, maka madrasah memerlukan pula beraneka ragam fasilitas pendidikan dan pengajaran, misalnya labolatorium bahasa, labolatorium komputer, labolatorium sains dan alat-alat olah raga. Sebagaimana telah di uraikan diatas bahwa sistem pendidikan di madrasah ini mamakai sistem klasikal, yakni ada tingkatan-tingkatan dan jenjang-jenjangnya, baik jenjang itu berdasarkan kelas maupun jenjang berdasarkan tingkatan sekolah. Institusi madrasah di Thailand dapat dibagi kepada tiga tingkatan Ibtidaiyah, mutawasithah, tsanawiyah. Lembaga pendidikan Islam yang ada di Thailand Selatan yakni Pattani terdapat 86 lembaga pendidikan Islam Modren. 97 lembaga pendidikan Tradisional. Di Yala terdapat 40 lembaga pendidikan Islam Modren dan 13 lembaga pendidikan Islam Tradisional. Di Narathiwat terdapat 42 lembaga pendidikan Islam Modren dan 49 lembaga pendidikan Pendidikan Islam Di Asia Tenggara 89Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia selalu ada barisan depan menyangkut pendidikan Islam. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, Indonesia mengalami kemajuan pesat dalam pendidikan Islam. Indonesia menerapkan Pendidikan Agama Islam juga menjadi pelajaran wajib di sekolah-sekolah dan universitas negeri sejak tahun 1960’an. Dan sistem pondok yang berjumlah lima juta santri. Para sarjana dan cendikiawan muslim telah secara aktif mengadakan diskusi-diskusi serius mengenai situasi pendidikan islam di sekolah-sekolah, akademi dan universitas. Mereka sangat prihatin karena tidak adanya keseragaman kurikulum; sikap yang berbeda-beda dari para rektor dan pengelola lembaga-lembaga pendidikan masing-masing; kurangnya guru yang dapat menguhubungkan pengatahuan agama dengan mata pelajaran lain seperti kedokteran, hukum, ekonomi; kurangnya penghargaan terhadap arti pendidikan islam. Pengarusutamaan pendidikan Islam menemukan momentum saat penerimaan pendidikan diniyah dan pesantren ke dalam sistem pendidikan nasional melalui UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 dan turunannya Peraturan Pemerintah no 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Regulasi ini menempatkan pendidikan Islam yang semula di pinggir ditarik ke tengah’ pusaran pendidikan nasional. Kedudukan madrasah setara dengan sekolah pada semua jenjang. Pesantren dan diniyah diakui sebagai bagian sistem pendidikan nasional. Konsekuensi dari hal ini adalah bargaining position kedua lembaga ini semakin kuat. Di Malaysia, kedudukan Islam telah banyak mengalami perbaikan sejak laporan Razak tahun 1956 menyarankan agar agama Islam diajarkan di sekolah nasional. Pelajaran agama Islam yang terdiri dari bahasa arab, syariat, ushuludin dan sejarah islam juga diberikan di pra-universitas yang lamanya dua tahun dengan kudukan sukarela. Pada tahun 1972 dibentuk bagian pendidikan agama yang mengurusi semua bidang pendidikan agama di sekolah-sekolah. Tujuanya meningkatkan pengajaran agama islam dan bahasa arab, mendidik guru-guru agama di institut keguruan islam, memperbaiki kurikulum, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dakwah sekolah, menyelengarakan musabakoh tilawatil qur’an di sekolah, dan mengurusi 13 buah madrasah. Keadaan Islam di Thailand mengenai pendidikan formal tidak tampak menggembirakan. Seperti muslim yang tinggal di propinsi selatan, Pattani, Setul, Yala, dan Narathiwat. Telah memperjuangkan kebebasan diri meraka dari kekuasaan pemerintah Thai. Dalam perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Pattani, Pendidikan Islam tradisional yang berupa pondok telah menjadi tulang punggung identitas islam dan perlawanan islam terhadap pemerintah pusat. Namun pondok telah bertransformasi menjadi sekolah agama modern madrasah. Perkembangan 90Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436madrasah sangat pesat hingga pada tahun enam puluhan keatas harus memasukan dalam kurikulumnya mata pelajaran umum yang diwajibkan oleh penguasa, seperti bahasa Thai, matematika, sains, sejarah ilmu bumi, bahasa ingris, dll. Di sekolah-sekolah pemerintah di thailand setiap siswa, termasuk yang muslim harus belajar agama Budha sebagai pelajaran wajib. Sementara itu sekolah-sekolah islam tidak dapat bersaing dengan sekolah pemerintah dalam hal prospek pekerjaan di kemudian hari. Kualifikasi mereka tidak memungkinkan mereka untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik di kantor-kantor pemerintah. Guru yang mengajar di madarsah biasanya lulusan perguruan tinggi timur tengah seperti halnya di Philipina bagian selatan dan biayanya dibayar dari uang sekolah yang dipungut dari siswa, sedang yang mengajar dipelajaran umum adalah pegawai negeri yang mempunyai gelar kesarjanaan. Realitas sosial ekonomi Singapura sekarang telah memaksa penduduk muslim untuk lebih mementingkan pendidikan umum, sehingga menyingkirkan pendidikan agama kebelakang. Kurangnya kurikulum yang sesuai standar dan tidak ada satu badan tunggal yang mempunyai wewenang untuk merencanakan silabus dan kurikulum serta membiayai madrasah menyebabkan madrasah tersebut tidak dapat memberikan pendidikan yang baik. Masalah pedidikan Islam di Singapura yang dirasakan oleh para pemimpim muslim baragam diantaranya tujuan pendidikan Islam dengan sistem pendidikan nasional belum tegas, tidak ada perguruan tinggi Islam, tidak ada kurikulum yang standar, tidak ada administrasi pendidikan Islam sentral, kurangnya dana dan status ekonomi guru agama, dll. Simpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam di kawasan Asia Tenggara memiliki beberapa substansi yang sangat beragam. Di Indonesia, pendidikan Islam mengalami kemajuan pesat. Indonesia menerapkan Pendidikan Agama Islam juga menjadi pelajaran wajib di sekolah-sekolah dan universitas negeri sejak tahun 1960’an. Dan sistem pondok yang berjumlah lima juta santri. Para sarjana dan cendikiawan muslim telah secara aktif mengadakan diskusi-diskusi serius mengenai situasi pendidikan islam di sekolah-sekolah, akademi dan universitas. Pengarusutamaan pendidikan Islam menemukan momentum saat penerimaan diniyah dan pesantren ke dalam sistem pendidikan nasional melalui UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 dan turunannya Peraturan Pemerintah no 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Di Malaysia, kedudukan Pendidikan Islam banyak mengalami perbaikan sejak tahun 1956 dengan pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah nasional dan juga dengan dibentuk bagian pendidikan agama yang mengurusi semua bidang pendidikan 91Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436agama di sekolah-sekolah. Tujuanya meningkatkan pengajaran agama islam dan bahasa arab, mendidik guru-guru agama di institut keguruan islam, memperbaiki kurikulum, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dakwah sekolah, menyelengarakan musabaqoh tilawatil qur’an di sekolah. Thailand, khususnya di beberapa daerah seperti Pattani, Setul, Yala, dan Narathiwat Pendidikan Islam, dengan Pondok dan Madrasah menjadi tulang punggung identitas Islam dan perlawanan Islam terhadap pemerintah pusat. Pondok telah bertransformasi menjadi sekolah agama modern madrasah. Perkembangan madrasah sangat pesat dengan memasukan dalam kurikulumnya mata pelajaran umum yang diwajibkan oleh penguasa, seperti bahasa Thai, matematika, sains, sejarah ilmu bumi, bahasa ingris, dll. Sementara itu, kondisi berbeda Pendidikan Islam di Singapura, tujuan pendidikan Islam dengan sistem pendidikan nasional belum tegas, tidak ada perguruan tinggi Islam, tidak ada kurikulum yang standar, tidak ada administrasi pendidikan Islam sentral, kurangnya dana dan status ekonomi guru agama, dll. 92Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436RujukanAl-Abrasyi, M. Athiah, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam, Jakarta Bulan Bintang, Philip G. dan Salmi, Jamil. e Road to Academic Excellence. e International Bank for Reconstruction and Development/e World Bank dan Penerbit Salemba Humanika. Azyumardi, Islam di Asia Tenggara, Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi Azra Ed., Persfektif Islam di Asia Tenggara, Jakarta Yayasan Obor, Anne, “Repelita V and Indonesia’s Medium-term Economic Strategy”, Prisma, edisi bahasa Inggris, No. 48, December, 1989Calerm Kiat Khunthongpech, Kan Taton Nayobai Ratthaban Nai Si Changwat Phaktai Khong Prathetthai Doikannam Khong H. Sulong Abd. Qadir , Mitraphap Pattani,1997. Chapakia, Ahmad Omar. Politik ai dan Masyarakat Islam di Selatan ailand, Kedah Pustaka Darussalam, 2000. Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta Rineka Cipta, Zamaksyari, Relevansi Pesantren Pengembangan Ilmu di Masa Datang, dalam Majalah Pesantren Jakarta P3M, dkk, Panorama Pesantren dalam Cakrawala Modern, Jakarta, Diva Pustaka, 2004. Helmiati. Dinamika Islam Singapura Menelisik Pengalaman Minoritas Muslim di Negara Singapura yang Sekular & Multikultural, Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013Mas’ud, Abdurrahman, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Humanisme Relegius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta Gama Media, Zamri A. Malek, Pattani dalam Tamadun Melayu, Dewan Bahasa dan pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur, dkk., Desekularisasi Pemikiran Landasan Islami, Bandung Mizan, 1995. 93Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Sasono, Adi, dkk., Solusi Islam Atas Problematika Umat, Jakarta Gema Insani, Muslih dan Aden Wijdan SZ, Pemikiran Islam dalam Peradaban Industrial Yogyakarta Aditya Media, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta Hida Karya Agung, /singapore/ 2009/07/04/114/ islam-di-singapura-menuju-komunitas-muslim-yang-maju/. ... Lembaga pendidikan Islam di Singapura, hanya terdapat pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan jenis dan jumlah yang terbatas. Adapun jenis lembaga pendidikan Islam terbagi dua, yaitu madrasah sepenuh masa full time dan madrasah separuh masa part time Mohammad Kosim, 2011;Pendi Susanto, 2015, dan satu jenis sekolah agama yaitu pengajian umum Islam awam. Nur Rauda, Azrin Ab Majid, Syed Muhd Khairuddin, 2014. ...... Pendidikan pola demikian, diberlakukan kepada pelajar Muslim yang menuntut ilmu di sekolah umum, agar mereka mengenal ajaran dasar Islam, karena sekolah umum di Singapura tidak mengajarkan mata pelajaran agama Pendi Susanto, 2015. Adapun untuk proses pembelajaran, menurut Ishomuddin 2017 dalam penelitiannya menyatakan bahwa model pembelajaran pendidikan Islam di Madrasah berdasarkan data pada beberapa masjid di Singapura; dominan masih menggunakan metode pola tradisional ceramah, baik pihak pengajar dan peserta didik merasa lebih cocok dan pas dengan metode tersebut, karena dianggap lebih tepat memberikan pengetahuan Islam dibandingakan medote yang lain. ...... Di beberapa sudut masjid terdapat ruangan kelas yang diberlakukan untuk belajar agama dan kursus keterampilan setiap siang dan sore hari, serta kegaiatan ceramah rohani setelah pelaksanaan sholat subuh dan maghrib. Sehingga pengelola dan pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan khusus sebagai kantor modern Pendi, 2015 Model dikotomis, lebih menekankan kepada pendidikan yang bersifat ukhrawi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan rohani yang terpisah dengan kehidupan jasmani. Sehingga, sains ilmu pengetahuan dianggap terpisah dari agama, karena model ini lebih menekankan kepada pendalaman al-'ulum al diniyah yang merupakan jalan pintas untuk menuju akhirat. ...Membahas secara komprehensif ihwal pendidikan Islam mulai dari tataran filosofis sampai praktis.... Islamic education has the concept that education must be tethered to the strength of the creed. Islamic education took place as a main channel of Malay peninsula Islamization in seventh-eighth centuries AD, and from the perspective of the people, Islamic education was a process of socialization, namely the promotion of values, science and skills in life Anshari et al., 2016;Susanto, 2015. ...... There were studies on the Islamization process in Malay Peninsula. Researches conducted by Susanto 2015, Ja'far 2015, and Hamid 2017 revealed that Islamic education in the Southeast Asia had existed since the advent of Islam itself and had even become the cause of Islamization in the Southeast Asia. Complementarily, Amin & Ananda 2018 stated that Islamization in the Malay Peninsula occurred in the seventh century AD by peaceful means through trade and Sufi activities. ...Nurbaiti NurbaitiMundzier Suparta Muhammad AzwarThis study aimed to discuss the role of Islamization channels in the process of entry and spread of Islam in Malay Peninsula in seventh to eighth century AD. The research used qualitative method with a descriptive analytical approach. By taking data through interview, journals and textbooks, then conducting a description and analysis of the data, the results showed that the process of Islamization in Malay Peninsula in seventh to eighth centuries AD was carried out through several channels, namely trade, marriage, Sufi, politics, education, and arts. The study also showed that Islamic education functioned as the main channel in the process of Islamization. The role of Islamic education was mainly enhancing Muslims’ understanding about Islam which was implemented informally and non-formally. Informal education occurred through the interaction between the ulama and community carrying out everyday lives; while, nonformal education was conducted by holding learning activities in the mosque through small groups known as halaqah. The study concluded that Islamic education was the main channel of the Islamization process in Malay Peninsula.... Selain menyediakan, lembaga juga menjaga dan memelihara sarana prasarana yang telah dimiliki. Susanto 2015 Dalam menunjang penerapan integrasi nilai-nilai Islam dalam pendidikan sains ini dibutuhkan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan. Umumnya, kurikulum yang didesain tidak klop dengan sarana prasarana yang ada. ... Akhtim WahyuniIslam and science are an inseparable unity. Islam as a religion is a source of knowledge and knowledge is a means to apply everything contained in religious teachings. In the Qur'an, there are around 750 verses related to science. This shows that Islam places great emphasis on the development of science. But what happens, these two things are pushed aside from each other, resulting in a dichotomy of knowledge that enters all aspects of life. The awareness to restore the position of Islam and science began to be rolled back by Muslim thinkers by integrating the two. In educational institutions, the integration of Islamic and science values is strengthened through an "integrated curriculum", which is "bringing together several scientific disciplines in a learning design to obtain better learning outcomes with the ability of students to connect one subject to another. Among the integration concepts offered are "shared, Webbed, and integrated." In addition to curriculum integration, components that need to be considered are improving the quality of human resources and educational SupaatMoh. InamiIAIN KudusAs a subsystem in national education system, Islamic education system plays a strategic role in the nationâ€TMs intellectual life as well as its character building. Islamic boarding school education system, as one of the varieties of Isl amic educational institutions, is the pioneer and prototype in the holistic human development, that is, noble character. In the context of nation and state, Islamic boarding schools have been proven to play an active role in firmly upholding and defending the Unitary State of the Republic of Indonesia NKRI, and they have been at the frontline to fight against the Dutch colonialists long time before Indonesia gained its independence up to nowadays. However, during the previous decades, a number of Islamic boarding schools have gone through nationalist-related distortions. Al-Muâ€TMmin Ngruki Islamic Boarding School is a manifestation of radical stigma that breeds anti-NKRI terrorists. This field research employed a qualitative approach called phenomenology, aiming to describe the dynamics of Islamic education at Al-Mumin Ngruki Islamic Boarding School. The data were collected using in- depth interviews, participant observation, and documentation studies. The results suggested that the existence of Ngruki Islamic Boarding School as a boarding school is closely related to the internalization of Islamic educational values going through a series of dynamics; during the early period, which was very firm and rigid in interpreting Islam, the middle period, which slowly turned into egalitarian, and the modern period, which promotes a moderate mindset in carrying out the institutional functions to an egalitarian and proportional global MawardiThis article aims to outline the integration of the education system in Haji Harun School Muang, Yala-Thailand. This research is a type of field research that is qualitative-descriptive with a case study approach. Data collection techniques use interviews, observation, and documentation. Based on the research, Haji Harun School has a different curriculum between the religious education curriculum and the academic education curriculum. The student did the studying process five days per week, namely Sunday to Thursday with effective learning time from local time religious education and local time academic education. There are several implications that occur from the implementation of integrated education system in Southern Thailand on Islamic education, among others; reduction of time for religious education, low attention of religious education Islam from the government, acceleration of religious education programs, the public’s view of religious education is normal, academic education is more popular than religious education. However, this is not an obstacle for the Haji Harun School to implement the two education systems. So, the school can be developed and become one of the leading schools in Patani, Thailand. Muhammad Anggung Manumanoso PrasetyoRealitas sosial ekonomi memaksa penduduk muslim untuk lebih mementingkan pendidikan umum, sehingga menyingkirkan pendidikan agama kebelakang. Masalah umum yang tergambar terbagi menjadi dua, pertama, pada kasus negara mayoritas berpenduduk muslim, pemerintah belum memahami bahwa inti pembangunan bangsa melalui pendidikan adalah pembangunan manusia itu sendiri sebagai cara sekaligus tujuan. Pembangunan pendidikan diperhatikan tanpa adanya sinergitas dari domain kesejahteraan rakyat, ekonomi, pertahanan dan keamanan. Kedua, pada negara minoritas, masalah yang dihadapi adalah kebijakan pemerintah yang protektif sehingga membatasi gerak lembaga pendidikan Islam dalam berinovasi. Perkembangan pendidikan ke arah positif harus dimulai dengan menciptakan sebuah pendekatan sistem dalam sektor pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar global. Karena pada dasarnya setiap sistem dibuat untuk menangani sesuatu yang rutin terjadi. Pendekatan sistem merupakan suatu filsafat tentang struktur yang mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dalam sebuah organisasi dengan cara yang paling baik. Kesimpulan dari artikel ini adalah, bagi pemerintah, ada tiga domain strategi dan kebijakan pendidikan untuk membangun sistem pendidikan efektif, yaitu pertahanan dan keamanan, angkatan kerja produktif, dan output social yang positif. Sementara bagi lembaga pendidikan, strategi dilakukan dengan 1 pemilihan dan pengembangan produk; 2 efektivitas pembiayaan untuk keunggulan bersaing; 3 mengembangkan modal manusia; 4 moving, caring, dan innovating; 5 strategi pemasaran; dan 6 strategi aliansi, membangun jaringan kerja dengan sinergitas. Kata Kunci Manajemen Sistem, Pasar Output, Pendidikan IslamAlthough Singapore cannot be used as a model for global Islamic education, this country has quite several madrasahs. The Singapore government is also quite responsive in providing support for the continuation of Islamic education activities. This study aims to analyze the Islamic education system—madrasah management and curriculum in Singapore. Most importantly, this study identifies how the role of madrasahs in the Singapore education system is. The study in this paper is qualitative. This study uses library research, and the method of content analysis and constant comparative analysis becomes the first option of the writer. The results show that Singapore's Islamic Ugama Majlis MUIS plays a significant role in monitoring and managing the development of Islamic education in Singapore, which performs three types of Islamic education, Part-Time Education, Full Time Education, and Islamic Study Program for the Community. MUIS created a special curriculum by proposing the Singapore Islamic Education System SIES by introducing the ALIVE curriculum. The role and relevance of madrasahs cannot be underestimated or dismissed because the growing Muslim community and society will always need the right channels for real Islamic education regardless of how progressive or modern it is. This paper provides a broad view of madrasah in Singapore and looks at management, curriculum, and the role of article related to a character education model aims to link the orientation of intra-curricular activities and extra-curricular activities, which are typically conducted separately. In this context, the built model is not to reproduce what has been taught in intra-curricular activities, which leads to inefficiencies. It is also not as a substitution where extra-curricular activities replaced intra-curricular activities based on the assumption of distrust in the process of character formation in intra-curricular activities. The model in the form of extra-curricular activities has a role in strengthening character education efforts performed in intra-curricular activities. This rises within the Islamic studies subject and Tahfidz Quran extra-curricular activity. By building the spirit of character education, the model creates the Quran as the primary foundation to the life philosophy of Minangkabau people in West Sumatra, “Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah.” This model is derived from the research conducted in two senior high schools SMAN 1 Padang Panjang and SMAN 1 Padang. The research uses qualitative methodology, and data are collected through observation, interview, and documentation. The results of the study are thematically analyzed in three main categories the reinforcement patterns of the curriculum of Islamic Studies through Tahfidz Quran activities; students’ efforts in memorizing the Quran; and the impacts of Tahfidz program initiation on students’ character. Helmiati HelmiatiThis article tries to study about how Muslim minority of Singapore have reconciled Islamic teachings with the unique challenges of their days. As we know, they live in a plural society, secular state, and globalised modern world. There are many challenges. Nevertheless, their experiences show how they practise Islam with relative ease; how they seek to harmonise religious teachings with their unique circumtances succesfully; and how they take care of the Islamic civilization well. Indeed, the external factors, such as the geopolitical situation and practice Islam. However, It shows that Islam remains compatible with any condition, including with the process of modernisation as long as the practice of the religion remains guided by its fundamental principles. Even, in the context of modernisation, Islam plays it’s role as spiritual bodyguard toward the bitterness of development. Further, Muslim Minority of Singapore’s experiences strengthen Gellner’s statement that “Islam is the great exception to secularization”. Anne BoothWhile world economic prospects are still uncertain, Indonesia enters the 1990s less dependent on price fluctuations of a few primary commodities than at any time this century. Repelita V makes it clear that the export diversification which has lessened dependence on the oil price must continue into the 1990s and beyond. It also emphasises the need for greater domestic tax effort, not only to replace revenues accruing from the oil company tax, but also to reduce reliance on foreign aid and borrowing as a source of development finance, and allow aid flows to be used for paying back interest and principal on existing foreign debt. -from AuthorDasar-dasar pokok Pendidikan IslamM Al-AbrasyiAthiahAl-Abrasyi, M. Athiah, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam, Jakarta Bulan Bintang, Road to Academic Excellence. The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank dan Penerbit Salemba HumanikaPhilip G AltbachJamil Dan SalmiAltbach, Philip G. dan Salmi, Jamil. The Road to Academic Excellence. The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank dan Penerbit Salemba Humanika. Pemikiran dalam Azyumardi AzraAzyumardi AzraIslam DiAsia TenggaraAzra, Azyumardi, Islam di Asia Tenggara, Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi Azra Ed., Persfektif Islam di Asia Tenggara, Jakarta Yayasan Obor, Pendidikan Islam di Asia TenggaraHaidar DaulayPutraDaulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta Rineka Cipta, Pesantren Pengembangan Ilmu di Masa Datang, dalam Majalah Pesantren Jakarta P3MZamaksyari DhofirDhofir, Zamaksyari, Relevansi Pesantren Pengembangan Ilmu di Masa Datang, dalam Majalah Pesantren Jakarta P3M, Pesantren dalam Cakrawala ModernDkk HaidariHaidari, dkk, Panorama Pesantren dalam Cakrawala Modern, Jakarta, Diva Pustaka, Format Pendidikan Nondikotomik, Humanisme Relegius Sebagai Paradigma Pendidikan IslamAbdurrahman Mas'udMas'ud, Abdurrahman, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Humanisme Relegius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta Gama Media, Pemikiran Landasan IslamiA M SaefudinSaefudin, dkk., Desekularisasi Pemikiran Landasan Islami, Bandung Mizan, 1995.

B Pembaharuan di Turki Bangsa Turki adalah bangsa yang pemberani dan disiplinnya sangat tinggi, bangsa campuran dari bangsa Mongol dan bangsa lainnya di Asia Tengah ini. Sebelum mereka masuk Islam, mereka memeluk agama majusi,Budha atau agama lainya. Mulai abad pertama Hijriyah, Islam telah masuk ke daerah Turki dan dalam perjalanannya dari Oleh Fadh Ahmad Arifan *Penulis adalah alumni MI Khadijah kota Malang ISLAM sudah eksis di Singapura dulu Tumasik antara abad 8 M dan 11 M. Sejak masa kuno, Tumasik telah menjadi kota pelabuhan yang ramai disinggahi kapal-kapal para pedagang dari berbagai belahan dunia, India, Persia, Arab, dan termasuk Eropa. Bahkan sejak pertengahan abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, Singapura menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam, melalui produksi, reproduksi, dan distribusi kitab-kitab cetak keagamaan, dari wilayah Asia Tenggara maupun Timur Tengah dan Eropa Makalah Asep Saefullah, Tumasik Sejarah Islam Awal di Singapura 1200-1511 M, hal 21. Di era modern, pemeluk Islam di Singapura posisinya minoritas. Yakni sekitar 15% dari total keseluruhan penduduk Singapura. Dengan komposisi 14% ras melayu dan sisanya dari Arab, Pakistan dan India. Selain ketiga ras tersebut, di Singapura juga ditemukan orang Cina yang beragama Islam. Menurut Prof Hussin Mutalib dari National University of Singapore NUS, orang Cina yang memeluk agama Islam makin meningkat, tapi jumlahnya terbilang masih kecil Mazlan nordin, Nasib Penduduk Minoriti Islam, 12 April 2009. Singapura tentunya dikenal sebagai negara sekuler. Meskipun begitu, menjalankan syariat Islam di Negeri ini bagi umat Islam bukanlah hal yang sulit. Demikian disampaikan Ketua Indonesian Muslim Association In Singapore IMAS Imanuddin Amril dalam pertemuan dengan Perhimpunan Baitul Maal Wat Tamwil Indonesia. “Alhamdulillah kita bisa menjalankan syariat,” ujar Imanuddin. Singapura, kata Imanuddin, juga mendukung keberadaan komunitas muslim di sana. Bentuk konkretnya adalah banyaknya masjid yang dikelola secara profesional. “Kebanyakan muslim berasal dari penduduk lokal hingga pendatang, termasuk dari Indonesia,” kata Imanuddin Republika online, 26 Oktober 2013. Kondisi Madrasah di Singapura Berbicara pendidikan, Negara kecil ini muliakan guru seperti halnya di Finlandia dan Korea selatan. Gaji guru pemula di Singapura setara dengan gaji insinyur. Gaji guru disana mencapai USD atau senilai dengan Rp 512 juta per tahun. Tapi perlu diingat, biaya hidup disana juga tinggi. Wajar para guru disokong dengan gaji sebesar itu Radar Malang kamis, 18 agustus 2016 hal 40. Eksistensi Pendidikan Muslim di Singapura tak lepas dari perkembangan Madrasahnya. Madrasah dikelola secara modern dan profesional, dengan kelengkapan perangkat keras dan lunak. Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul hingga Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan modern. Helmiati, Jurnal Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013, hal 91. Perlu diketahui, di negeri yang menampung koruptor dan pengusaha hitam asal Indonesia ini terdapat Madrasah Al-Juneid. Usia lembaga ini sudah lebih dari 88 tahun. Sudah banyak alumni sukses yang dihasilkan terutama dalam bidang agama Islam. Beberapa mufti pemimpin agama Islam di Singapura, Malaysia, dan Brunei Darusalam adalah lulusan Al-Juneid. Madrasah Al-Juneid juga membatasi interaksi antar murid berbeda jenia kelamin secara bebas. Kelas diatur secara terpisah untuk murid putra dan putri. Tangga untuk murid putra dan putri pun dibuat berbeda. Pidato dalam Bahasa Arab dan tilawah Al Quran menjadi hal rutin yang ditampilkan oleh murid tiap pagi. Yang paling menarik adalah ikrar pagi berisi pula dengan kalimat yang menunjukkan kebanggaan dan kecintaan mereka sebagai warga negara Singapura. Evy sofia, “Inilah madrasahnya orang Singapura”, 11 April 2015. Masih terkait madrasah, perlu juga menyimak hasil riset yang berjudul “Dinamika madrasah di Singapura pasca Kemerdekaan”. Disertasi ini dilihat judulnya tergolong historical research. Abdul rahim bin Mohd Don berhasil mempertahankan karya ilmiahnya di Pascasarjana UMM Malang pada 8 Mei 2017. Masa studi beliau 3 tahun 10 bulan. Raihan Indeks prestasinya berpredikat “sangat memuaskan”. Disertasi pak Rahim diuji oleh Prof Dr. Djakfar SH, dosen ekonomi Islam di S2 studi islam UIN Malang, Prof Dr. Syamsul arifin, Pradana boy aktivis JIMM dan seorang penguji perempuan. Dr Latipun bertindak sebagai ketua Dewan penguji dan Ust. Prof. Dr Tobroni sebagai sekretaris penguji. Yang menarik Ust. Dr. Abdul haris kini ketum PD Muhammadiyah kota Malang. Ahli bahasa Arab ini hanya memberi masukan perbaikan judul, abstrak dan kesesuaian metodologi. Dalam disertasi yang cukup tebal ini, kurikulum yang diterapkan di madrasah hanya ditekankan pada kajian agama terutama bahasa arab. Para alumni Madrasah mendapat stigma bahwa mereka pastinya menjadi ustadz/Da’i. Sementara bila mereka mencoba profesi lainnya belum tentu diterima oleh masyarakat. Ust Moh Nurhakim turut menjadi Co Promotor 1. Beliau menanyakan kedisiplinan siswa madrasah bila dikaitkan dengan budaya disiplin ala Singapura. Di madrasah yang menjadi fokus disertasi ini, bila ada siswa ketahuan mencuri 3 kali maka langsung dikeluarkan. Begitu yang dikatakan pak Rahim. Menariknya, dalam ujian terbuka ini saya baru mengetahui bahwa “karena perubahan tata ruang kampung Melayu ke apartemen-apartemen membuat jumlah madrasah menyusut, dari 30 madrasah menjadi 6 madrasah.” Pak Rahim menegaskan tanah-tanah di Singapura bukan milik pribadi lagi dan dibebani pajak tinggi. Sehingga membuat orang melayu tersingkir. Enam buah madrasah yang tersisa di bawah supervisi Majelis Ugama Islam Singapura MUIS. Keenam madrasah itu adalah Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, Madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, Madrasah Al-sagoff Al-Islamiah, Madrasah Al-Junied Al-Islamiah, Madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan Madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah. Sebelum menutup artikel ini, dibalik kemajuan Singapura yang konon disana tak ada demokrasi tetapi hukumnya berjalan, ada pihak yang kian terpinggirkan dan dibatasi gerak geriknya. Akankah Muslim indonesia dimasa depan akan mengalami hal yang sama?. Wallahu’alam. [] Kecerdasanini bisa diketahui atau diukur dengan kekuatan verbal dan logika yang ditunjukkan oleh seseorang. Kecerdasan inilah yang tampaknya menjadi hal utama dalam pendidikan saat ini. Madrasah juga banyak didirikan. Islam di Singapura telah mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai agama yang berkembang di negeri itu. Di Singapura telahmengakreditasi sebanyak 228.253 sekolah/madrasah sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1. Dalam konteks pendidikan di era global, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Hasil kajian analisis tentang akreditasi sekolah/madrasah yang dilakukan oleh Kemendiknas tahun 2011 [12], menyebutkan setidaknya .
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/597
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/487
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/139
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/464
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/560
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/291
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/969
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/609
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/465
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/262
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/644
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/261
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/852
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/94
  • p3dfzbdfaw.pages.dev/676
  • madrasah yang berkembang di singapura ditunjukkan oleh nomor